Puisi: Dialog Bukit Kemboja (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Dialog Bukit Kemboja" karya D. Zawawi Imron memaparkan pertemuan antara penyair dan seorang nenek di tengah bukit yang dipenuhi makam.
Dialog Bukit Kemboja

Inilah ziarah di tengah nisan-nisan tengadah
di bukit serba kemboja. Matahari dan langit lelah.

Seorang nenek, pandangnya tua memuat jarum cemburu
menanyakan, mengapa aku berdoa di kubur itu.

"Aku anak almarhum,"
jawabku dengan suara gelas jatuh
Pipi keriput itu menyimpan bekas sayatan waktu.

"Lewat berpuluh kemarau
telah 'ku bersihkan kubur di depanmu
karena kuanggap kubur anakku."

Hening merangkak lambat bagai langkah siput
Tanpa sebuah sebab senyumnya lalu merekah
seperti puisi mekar pada lembar bunga basah

"Anakku mati di medan laga, dahulu
saat Bung Tomo mengipas bendera dengan takbir
Berita itu kekal jadi sejarah: Surabaya pijar merah
Ketika itu sebuah lagu jadi agung dalam derap
Bahkan pada bercak darah yang hampir lenyap."

Jauh di lembah membias rasa syukur
pada hijau ladang sayur, karena laut bebas debur

"Aku telah lelah mencari kuburnya dari sana ke mana
Tak 'ku temu. Tak ada yang tahu
Sedang aku ingin ziarah, menyampaikan terimakasih
atas gugurnya: mati yang direnungkan melati
Kubur ini memadailah, untuk mewakilinya."

"Tapi ayahku sepi pahlawan
Tutur orang terdekat, saat ia wafat
jasadnya hanya satu tingkat di atas ngengat
Tapi ia tetap ayahku. Tapi ia bukan anakmu."

"Apa salahnya kalau sesekali
kubur ayahmu kujadikan alamat rindu
Dengan ziarah, oleh harum kemboja yang berat gemuruh
dendamku kepada musuh jadi luruh."

Sore berangkat ke dalam remang
ke kelepak kelelawar

"Hormatku padamu, nenek! Karena engkau
menyimpan rahasia wangi tanahku, tolong
beri aku apa saja, kata atau senjata!"

"Aku orang tak bisa memberi
padamu bisaku cuma minta
Jika engkau bambu, jadilah saja bambu runcing
Jangan sembilu,
atau yang membungkuk depan sembilu!"

Kelam mendesak kami berpisah. Di hati tidak
Angin pun tiba dari tenggara
Daun-daun dan bunga ilalang
memperdengarkan gemelan doa
Memacu roh agar aku tak jijik menyeka nanah
pada luka anak-anak desa di bawah
Untuk sebuah hormat
Sebuah cinta yang senapas dengan bendera
Tidak sekadar untuk sebuah palu.

1995

Sumber: Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)

Analisis Puisi:
Puisi "Dialog Bukit Kemboja" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya sastra yang memaparkan pertemuan antara penyair dan seorang nenek di tengah bukit yang dipenuhi makam.

Latar Tempat yang Khas: Puisi ini berlangsung di bukit yang dikenal dengan kemboja, sebuah tempat yang sarat dengan makam. Pilihan latar ini menambahkan nuansa keagungan, keheningan, dan kedamaian, yang mencerminkan makna kematiannya.

Dialog Antara Penyair dan Nenek: Puisi ini menggambarkan percakapan antara penyair dan seorang nenek. Nenek tersebut bertanya kepada penyair mengapa dia berdoa di kuburan tertentu, dan penyair menjawab bahwa itu adalah kubur anaknya. Ini menunjukkan rasa hormat dan rindu penyair terhadap orang yang telah meninggal.

Pencarian Kubur Anak: Puisi ini mencerminkan upaya nenek untuk mencari kubur anaknya yang gugur dalam perang. Upaya ini menunjukkan rasa cinta dan kerinduan seorang ibu terhadap anaknya yang telah tiada.

Penghargaan Terhadap Pahlawan Tanpa Gelar: Penyair berbicara tentang ayahnya yang tidak dianggap sebagai pahlawan di mata orang lain. Meskipun demikian, penyair merasa bahwa ayahnya adalah pahlawan pribadi dan berharap untuk memberikan penghormatan yang layak.

Kesimpulan yang Membingkai Puisi: Puisi ini diakhiri dengan pertemuan yang seolah-olah diakhiri dengan doa dan harapan. Penyair merasa bahwa perasaan cintanya yang mendalam kepada tanah air dan pahlawannya senada dengan makna bendera. Puisi ini menciptakan suasana yang sarat makna dan menunjukkan kedalaman rasa cinta dan penghormatan terhadap para pahlawan dan tanah air.

Puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti cinta, penghormatan, dan identitas nasional. Ini adalah sebuah karya sastra yang merayakan sejarah dan nilai-nilai yang melibatkan pengorbanan individu demi bangsa dan tanah air. Dalam prosesnya, puisi ini juga mencerminkan rasa kebanggaan atas akar budaya dan identitas nasional yang kuat.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Dialog Bukit Kemboja
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.