Puisi: Panji di Hadapanku (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Panji di Hadapanku" menggambarkan perasaan dan pengalaman seseorang dalam mengejar cinta dan harapan dalam hidupnya.
Panji di Hadapanku


Kau kibarkan panji di hadapanku.
Hijau jernih di ampu tongkat mutu-mutiara.
Di kananku berjalan, mengiring perlahan,
Ridlamu rata, dua sebaya,
Putih-putih, penuh melimpah, kasih persih.
Gelap-gelap kami berempat, menunggu-nunggu,
Mendengar-dengar, suara sayang, panggilan-panjang,
Jatuh terjatuh, melayang-layang,
Gelap-gelap kami berempat, meminta-minta,
Memohon-mohon, moga terbuka selimut kabut,
Pembungkus halus, nokta utama,
Jika nokta terbuka-raya, jika kabut tersingkap semua
Cahaya ridla mengilau kedalam
Nur rindu memancar keluar.

Sumber: Nyanyi Sunyi (1937)

Analisis Puisi:
Puisi "Panji di Hadapanku" adalah salah satu karya sastra yang menggambarkan perasaan dan pengalaman seseorang dalam mengejar cinta dan harapan dalam hidupnya.

Panji sebagai Simbol: Panji yang dikibarkan oleh seorang yang tidak disebutkan namanya dalam puisi ini bisa dianggap sebagai simbol dari harapan, cita-cita, atau tujuan dalam hidup. Panji ini digambarkan dengan warna hijau yang jernih dan mutu-mutiara, yang mungkin melambangkan kesucian dan kemurnian dari harapan tersebut.

Kontras Antara Panji dan Gelap: Puisi ini menciptakan kontras antara panji yang terang dan bersinar dengan kegelapan yang mengelilingi karakter dalam puisi tersebut. Ini bisa mencerminkan perasaan ketidakpastian dan kegelapan yang sering mewarnai perjalanan mencapai tujuan atau harapan dalam hidup.

Perjalanan Menuju Ridla: Kata "ridla" dalam puisi ini dapat diartikan sebagai penerimaan atau ridha. Penggunaannya bisa mencerminkan perjuangan seseorang untuk mencapai penerimaan atau ridha dalam hidupnya, baik itu dari Tuhan, orang lain, atau bahkan dari diri sendiri.

Melibatkan Teman-Teman atau Rekan-Rekan: Dalam puisi ini, ada referensi terhadap karakter-karakter lain yang berjalan bersama dengan penutur puisi. Mereka bergerak secara bersamaan dalam upaya mencapai harapan atau tujuan yang sama. Teman-teman ini bisa diartikan sebagai dukungan sosial atau komunitas yang mendukung perjalanan hidup seseorang.

Cahaya Ridla dan Nur Rindu: Puisi ini menutup dengan pernyataan tentang cahaya ridla yang mengilau ke dalam dan nur rindu yang memancar keluar. Ini bisa menggambarkan momen pencerahan atau pencapaian ketika harapan atau tujuan dalam hidup tercapai.

Puisi "Panji di Hadapanku" adalah sebuah karya yang penuh dengan simbolisme dan gambaran-gambaran yang mendalam. Puisi ini menggambarkan perjuangan seseorang dalam mencapai tujuan atau harapan dalam hidupnya dan menciptakan kontras antara cahaya dan kegelapan, harapan dan ketidakpastian.

Tengku Amir Hamzah
Puisi: Panji di Hadapanku
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.