Puisi: 30 Tahun Kemudian (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "30 Tahun Kemudian" karya Goenawan Mohamad menggambarkan pertemuan yang penuh makna antara sekelompok orang yang sudah berusia.
30 Tahun Kemudian


30 tahun kemudian mereka bertemu di restoran dekat danau.

Hujan dan kenangan berhimpitan, berbareng,
seperti lalulintas yang langgeng.

Terkadang badai meracau,
langit kian dekat, dan dari tebing dingin berjalin dengan basah
pucuk andilau

ketika mereka duduk berlima,
dengan tuak putih tua,

bertukar cerita tentang lelucon angka tahun
dan rasa asing pensiun,

mengeluhkan anak yang pergi dari tiap bandar
dan percakapan-percakapan sebentar.

Terkadang mereka seakan-akan dengarkan teriak trompet dari
kanal seperti jerit malaikat yang kesal

dan mereka tertawa. Sehabis sloki ketiga,
waktu pun berubah seperti pergantian prisma:

masa lalu adalah huruf yang ditinggalkan musim pada
marmar makam Cina.
Kerakap memberinya warna. Kematian memberinya kata.

Dan pada sloki ke-4 dan ke-5 mereka dengarkan angin susul
menyusul, seakan seorang orang tua bersiul

dengan suara kisut
ke bulan yang berlumut.

Pada sloki ke-6 mereka menunggu malam singgah dalam
topeng Habsi. Dan tuhan dalam baju besi.

30 tahun kemudian mereka tak akan bertemu lagi di sini.


1996

Sumber: Misalkan Kita di Sarajevo (1998)

Analisis Puisi:
Puisi "30 Tahun Kemudian" karya Goenawan Mohamad menggambarkan pertemuan yang penuh makna antara sekelompok orang yang sudah berusia. Puisi ini merenungkan tentang kenangan, perubahan, dan perjalanan hidup.

Tema Pertemuan dan Kenangan: Puisi ini menggambarkan pertemuan yang terjadi 30 tahun kemudian antara sekelompok orang. Tema utama puisi ini adalah kenangan, dan bagaimana kenangan ini tetap hidup dalam pikiran dan hati mereka, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.

Hujan dan Kenangan: Puisi ini menggunakan hujan sebagai metafora untuk kenangan yang datang dan pergi dalam hidup. Hujan adalah simbol perubahan dan waktu yang terus berlalu. Meskipun kenangan dapat pudar seiring waktu, ada saat-saat ketika mereka kembali dengan kuat, seperti saat hujan turun.

Perubahan dan Pensiun: Puisi ini mencerminkan perubahan dalam kehidupan, terutama ketika seseorang memasuki masa pensiun. Tema ini diterjemahkan dalam percakapan mereka tentang masa lalu dan perasaan asing tentang tahap baru dalam hidup mereka.

Situasional Ironi: Puisi ini memiliki unsur ironi situasional, di mana mereka tertawa dan menikmati pertemuan mereka meskipun ada ketidakpastian dan perasaan nostalgia yang mendalam. Mereka menyadari betapa berharganya waktu bersama.

Simbolisme Alam: Gambaran alam seperti badai, langit, tebing, dan angin digunakan sebagai simbol dalam puisi ini. Mereka mencerminkan perasaan dan perubahan dalam kehidupan, serta ketidakpastian yang terkait dengan masa depan.

Penggunaan Bahasa: Goenawan Mohamad menggunakan bahasa yang sederhana namun efektif dalam puisi ini. Bahasa yang digunakan memungkinkan pembaca untuk merasakan emosi dan refleksi yang dinyatakan oleh karakter dalam puisi.

Kesadaran Akan Kematian: Pada akhir puisi, terdapat kesadaran bahwa pertemuan ini mungkin merupakan yang terakhir. Ada nuansa tentang kematian yang mendekati, dan bahwa perjalanan hidup akan berakhir suatu saat.

Puisi "30 Tahun Kemudian" adalah pengamatan yang dalam tentang kenangan, perubahan, dan perjalanan hidup yang diungkapkan melalui pertemuan yang penuh makna antara karakter-karakter dalam puisi. Ini adalah sebuah refleksi tentang waktu dan bagaimana kita merasakan kenangan di tengah perubahan yang tak terelakkan dalam hidup.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: 30 Tahun Kemudian
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.