Puisi: Nyanyian Kemerdekaan (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Nyanyian Kemerdekaan" karya Ahmadun Yosi Herfanda membawa pembaca ke dalam refleksi mendalam mengenai makna kemerdekaan, pengorbanan, dan ...
Nyanyian Kemerdekaan

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Akankah kau biarkan aku duduk berduka
Memandang saudaraku, bunda pertiwiku
Dipasung orang asing itu?
Mulutnya yang kelu tak mampu lagi menyebut namamu

Berabad-abad aku terlelap
Bagai laut kehilangan ombak
Atau burung-burung
Yang semula Bebas di hutannya
Digiring ke sangkar-sangkar
Yang terkunci pintu-pintunya
Tak lagi bebas mengucapkan kicaunya

Berikan suaramu, kemerdekaan
Darah dan degup jantungmu
Hanya kau yang dipilih
Di antara pahit-manisnya isi dunia

Orang asing itu berabad-abad
Memujamu di negerinya
Sementara di negeriku
Ia berikan belenggu-belenggu
Maka bangkitlah Sutomo
Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo
Bangkitlah Ki Hajar Dewantoro
Bangkitlah semua dada yang terluka
“Bergenggam tanganlah dengan saudaramu
Eratkan genggaman itu atas namaku
Kekuatanku akan memancar dari genggaman itu.”
Suaramu sayup di udara
Membangunkanku dari mimpi siang yang celaka

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Berikan degup jantungmu
Otot-otot dan derap langkahmu
Biar kuterjang pintu-pintu terkunci itu
Atau mendobraknya atas namamu
Terlalu pengap udara yang tak bertiup
Dari rahimmu, kemerdekaan

Jantungku hampir tumpas
Karena racunnya

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit manisnya isi dunia

(Matahari yang kita tunggu
Akankah bersinar juga
Di langit kita?)

Mei, 1985

Catatan:
Puisi ini juga sering dijumpai dengan judul Nyanyian Kebangkitan.

Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Kemerdekaan" karya Ahmadun Yosi Herfanda membawa pembaca ke dalam refleksi mendalam mengenai makna kemerdekaan, pengorbanan, dan perjuangan. Puisi ini merangkum sejarah, perasaan, dan harapan terkait dengan kemerdekaan.

Penggambaran Pahit-Manis Kemerdekaan: Puisi ini dibuka dengan pemilihan kemerdekaan sebagai pilihan utama di antara "pahit-manisnya isi dunia." Penggunaan kontras antara pahit dan manis menggambarkan realitas hidup yang kompleks, tetapi di tengah-tengahnya, kemerdekaan dipandang sebagai pilihan yang luhur dan bermakna.

Narasi Kehidupan dan Kepiluan Bangsa: Melalui gambaran pahit-manis dunia, puisi ini menyiratkan sejarah panjang bangsa yang mengalami keberadaan dalam bingkai perjuangan dan ketidakadilan. Narasi kehidupan yang diilustrasikan dalam bait pertama menciptakan gambaran pilu dan merangkul berbagai aspek dari pengalaman manusia.

Panggilan untuk Berdiri Bersama: Penyair membangkitkan semangat patriotisme dan kebersamaan dengan menyebutkan nama-nama tokoh perjuangan seperti Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, dan Ki Hajar Dewantoro. Panggilan untuk bangkit dan bersatu melalui kutipan, "Bergenggam tanganlah dengan saudaramu, Eratkan genggaman itu atas namaku," menciptakan aura persatuan dan perjuangan bersama.

Harapan dan Kesadaran akan Kemerdekaan: Dalam bait ketiga, puisi ini menggambarkan harapan akan kemerdekaan yang dipilih, di antara "pahit-manisnya isi dunia." Penggunaan metafora "Terlalu pengap udara yang tak bertiup, Dari rahimmu, kemerdekaan" menciptakan gambaran bahwa kemerdekaan adalah udara segar yang begitu dibutuhkan, yang harus dikejar dan diperjuangkan.

Penegasan Kemerdekaan sebagai Pilihan Pribadi: Dengan mengulang frase "Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan," penyair menekankan bahwa kemerdekaan bukan hanya hak, tetapi juga pilihan yang dipilih secara sadar. Ini menciptakan kesadaran bahwa kemerdekaan adalah tanggung jawab setiap individu untuk memilih dan mempertahankannya.

Rasa Penderitaan dan Pengorbanan: Bait-bait terakhir puisi ini mengeksplorasi rasa penderitaan dan pengorbanan yang harus dihadapi dalam mencapai kemerdekaan. Racun yang hampir merenggut jantung menjadi metafora dari berbagai tantangan dan rintangan yang harus diatasi dalam perjalanan mencapai kemerdekaan.

Pertanyaan Terakhir dan Harapan Masa Depan: Puisi ini ditutup dengan pertanyaan yang menggugah, "Matahari yang kita tunggu, Akankah bersinar juga Di langit kita?" Pertanyaan ini menggambarkan harapan akan masa depan yang cerah dan keberlanjutan kemerdekaan yang diinginkan.

Secara keseluruhan, "Nyanyian Kemerdekaan" merupakan puisi yang sarat makna, menyentuh pada aspek emosional dan intelektual pembaca. Ahmadun Yosi Herfanda dengan indah menggambarkan kompleksitas perjuangan kemerdekaan, menegaskan pentingnya kesadaran, persatuan, dan perjuangan dalam mempertahankan nilai-nilai kemerdekaan.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Nyanyian Kemerdekaan
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.