Puisi: Puncak (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Puncak" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan gambaran alam dan perasaan pribadi yang mendalam. Melalui .....
Puncak

Pondering, pondering on you, dear...


Minggu pagi di sini. Kekerasan ramai kota yang terbawa
tambah penjoal dalam diri — diputar atau memutar — 
terasa tertekan; kita berbaring bulat telanjang
Sehabis apa terucap di kelam tadi, kita habis kata sekarang.
Berada 200 m. jauh dari muka laut, silang siur pelabuhan,
jadi terserahlah pada perbandingan dengan
cemara bersih hijau, kali yang bersih hijau

Maka cintaku sayang, kucoba menjabat tanganmu
mendekap wajahmu yang asing, meraih bibirmu di balik rupa.
Kau terlompat dari ranjang, lari ke tingkap yang
masih mengandung kabut, dan kau lihat di sana, bahwa antara
cemara bersih hijau dan kali gunung bersih hijau
mengembang juga tanya dulu, tanya lama, tanya.


1948

Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Puncak" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan gambaran alam dan perasaan pribadi yang mendalam. Melalui penggunaan bahasa dan gambaran alam, penyair menggambarkan perasaan penyesalan, kebingungan, dan eksplorasi dalam hubungan antara dua individu.

Gambaran Alam dan Suasana: Puisi ini dimulai dengan gambaran alam pada Minggu pagi yang diikuti oleh deskripsi kekerasan dan keramaian kota. Ini menciptakan suasana yang kompleks dan kontras antara kedamaian alam dan kekacauan urban. Gambaran "cemara bersih hijau" dan "kali yang bersih hijau" menggambarkan keindahan alam yang masih tersisa.

Keadaan Batin dan Perasaan: Penyair menggambarkan perasaan tertekan dan terkendali, seperti "terasa tertekan" dan "kita habis kata sekarang." Ini mencerminkan perasaan ketidakpastian dan kekosongan yang ada dalam hubungan antara individu yang dijelaskan dalam puisi.

Interaksi Antara Individu: Puisi ini menggambarkan interaksi antara dua individu yang dijelaskan sebagai "kau" dan "aku." Ada upaya dari pihak "aku" untuk mendekati pihak "kau" melalui perbuatan menjabat tangan dan mendekap wajah. Namun, "kau" merespons dengan lari ke jendela, menciptakan perasaan ketidakpastian dan keterpisahan dalam hubungan mereka.

Eksplorasi Identitas dan Relasi: Penyair menggambarkan eksplorasi identitas dan relasi antara dua individu ini melalui penggambaran "cemara bersih hijau" dan "kali gunung bersih hijau." Ini bisa diartikan sebagai metafora tentang kompleksitas hubungan, di mana pertanyaan dan ketidakpastian masih ada meskipun telah dijelajahi dan dibandingkan.

Puisi "Puncak" karya Chairil Anwar menciptakan gambaran alam yang kontras dengan kehidupan urban dan menggambarkan perasaan penyesalan, ketidakpastian, dan eksplorasi dalam hubungan antara dua individu. Penyair dengan cermat menggunakan gambaran alam dan interaksi antara individu untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang kompleksitas relasi dan eksplorasi identitas.

Chairil Anwar
Puisi: Puncak
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.