Puisi: Tetapi Aku (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Tetapi Aku" karya Amir Hamzah mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan dan misteri alam serta eksistensi manusia.
Tetapi Aku


Tersapu sutera pigura
Dengan nilam hitam kelam
Berpadaman lentera alit
Beratus ribu di atas langit.

Seketika sekejap mata
Segala ada menekan dada
Napas nipis berlindung guring
Mati suara dunia cahaya.

Gugur badanku lemah
Mati api di dalam hati
Terhenti dawai pesawat diriku
Tersungkum sujud mencium tanah.

Cahaya suci riwarna pelangi
Harum sekuntum bunga rahsia
Menyinggung daku terhantar sunyi
Seperti hauri dengan kepaknya.

Rupanya ia mutiara-jiwa-ku
Yang kuselami di lautan masa
Gewang canggainya menyentuh rindu
Tetapi aku tiada merasa ....


Sumber: Nyanyi Sunyi (1937)

Analisis Puisi:
Puisi "Tetapi Aku" karya Amir Hamzah adalah karya yang sarat dengan simbolisme dan makna filosofis. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perasaan terpana dan misterius dalam menghadapi keajaiban alam dan eksistensi manusia.

Gambaran Alam dan Kehidupan: Puisi ini memulai dengan gambaran yang kuat tentang alam dan kehidupan. Penyair menyebutkan sutera pigura, nilam hitam, lentera, dan langit dengan beratus-ribu bintang. Ini menciptakan gambaran tentang kekayaan alam yang mempesona dan penuh warna.

Perasaan Keterpanaan: Penyair kemudian mengungkapkan perasaan terpana dan keterkejutan. Segala yang ada di sekelilingnya tampak begitu indah dan kuat sehingga ia merasa terhenti sejenak untuk memandang dan menghayatinya. Bahkan nafasnya pun terasa tipis dan napasnya terhenti karena keindahan dan keajaiban alam.

Keheningan dan Kematian: Puisi ini mencapai puncak perasaan penyair ketika ia merasa suara dunia padam dan cahaya lenyap. Ia merasa seperti mati dan hening dalam momen tersebut. Ini mungkin mencerminkan perasaan penyair terhadap ketidaktahuan akan keajaiban alam dan eksistensi manusia.

Simbolisme Mutiara: Penyair kemudian menghadirkan simbolisme mutiara, yang melambangkan jiwa dan pengalaman manusia. Ia merasa bahwa jiwa dan pengalaman tersebut adalah seperti mutiara yang berharga. Meskipun ia menyelami lautan waktu, ia merasa bahwa ia belum sepenuhnya memahami kehidupan dan eksistensi manusia.

Pencarian Makna: Puisi ini mencerminkan perasaan penyair tentang perjalanan pencarian makna dalam hidup. Meskipun ia merasa terpana oleh keindahan dan keajaiban alam, ia masih mencari pemahaman yang lebih dalam tentang eksistensi dan makna kehidupan.

Puisi "Tetapi Aku" karya Amir Hamzah adalah ungkapan perasaan keterpanaan dan keajaiban terhadap alam dan eksistensi manusia. Penyair menggunakan gambaran alam dan simbolisme mutiara untuk menciptakan makna filosofis dalam puisinya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan dan misteri alam serta eksistensi manusia.

Tengku Amir Hamzah
Puisi: Tetapi Aku
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.