Puisi: Pengantin Remaja (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi "Pengantin Remaja" karya Nirwan Dewanto menggambarkan hubungan antara dua individu yang terjalin dalam permainan metafora dan simbolisme yang ..
Pengantin Remaja

Aku tak bisa menangis, sebab kulitmu coklat manggis. Kau tak lagi mampu melompat, sebab parasku hampir berkarat. Sesungguhnya sejak kanak aku hanya mengenal bayang- bayangmu: sebab aku penjinak binatang, kau peniti tali. (Ingatlah. Ketika aku mengaum tak henti-henti, kau justru tak hendak kembali. Kau penikmat jurang di bawah sana, aku pemuja langit tinggi.) Sampai para peziarah yang tak tahu malu itu menarik kita ke sepucuk jembatan mawar dan berujar, "Lihat, alangkah sepadan dua kembaran ini." Seutas tali akar padi liar mereka ikatkan ke kakimu dan kakiku. Di bawah tudung Bimasakti aku menghapus mereka satu demi satu, namun menyisakan sesosok belaka dan mengusirnya ke seberang sungai dan menyebutnya Bapa. Kemudian aku berusaha merindukanmu, meski kau berada di pangkuanku seperti telur yang menggeliat dalam sarangnya sendiri. Kau berkata, "Adam, lekaslah menyusu padaku agar kita segera dewasa." Dadamu berkilatan tapi hanya berisi angin, aku tahu. Mulailah aku memintal linen atau kain lain (aku tak yakin) agar esok kita berani bercermin. Dan pada lidahmu kulekatkan lidahku supaya kita tak lagi dahaga. "Hawa, jangan berjanji mengasihiku," aku berseru, sambil mengancam Bapa yang terkelebat di pelupuk matamu.

2007

Sumber: Jantung Lebah Ratu (2008)

Analisis Puisi:

Puisi "Pengantin Remaja" karya Nirwan Dewanto menggambarkan hubungan antara dua individu yang terjalin dalam permainan metafora dan simbolisme yang kompleks. Puisi ini menghadirkan lapisan-lapisan makna yang menggugah pemikiran tentang hubungan antarmanusia, keinginan untuk dewasa, dan dinamika kekuasaan dalam sebuah hubungan.

Metafora Hubungan: Puisi ini menggunakan metafora hubungan antara "aku" dan "kau" sebagai pengantin remaja untuk menyampaikan dinamika emosional yang rumit. Metafora ini mencerminkan tahap awal hubungan yang penuh dengan keinginan dan harapan, tetapi juga kebingungan dan ketidakpastian.

Simbolisme: Penyair menggunakan simbol-simbol seperti warna kulit, kemampuan fisik, dan perumpamaan tentang telur dan sarang untuk menggambarkan kompleksitas hubungan antara "aku" dan "kau". Warna kulit dan kemampuan fisik mencerminkan perbedaan antara kedua individu, sementara telur dan sarang melambangkan keterikatan dan ketergantungan yang saling melengkapi.

Dinamika Kekuasaan: Dalam puisi ini, terdapat elemen dinamika kekuasaan antara "aku" dan "kau". Meskipun tampaknya ada kesetaraan dalam hubungan mereka, "aku" tampaknya memiliki kekuatan untuk mengontrol dan memimpin, seperti yang ditunjukkan oleh upaya untuk mengusir "Bapa" dari hubungan mereka. Dinamika kekuasaan ini menimbulkan pertanyaan tentang kesetaraan dalam hubungan asmara dan keinginan untuk mengendalikan nasib sendiri.

Proses Pertumbuhan dan Dewasa: Puisi ini juga menggambarkan proses pertumbuhan dan dewasa dalam hubungan. Meskipun masih "remaja" dalam banyak hal, kedua individu ini berusaha untuk tumbuh dan dewasa bersama-sama. Mereka mencoba menemukan identitas mereka sendiri dan saling mendukung dalam perjalanan menuju kedewasaan.

Keinginan dan Ancaman: Penyair menggambarkan keinginan "aku" untuk diperhatikan dan dicintai oleh "kau", sementara juga menunjukkan ketidakpastian dan kecemasan tentang masa depan hubungan mereka. Ancaman terhadap "Bapa" di akhir puisi mencerminkan rasa frustasi dan keputusasaan atas ketidakpastian dalam hubungan mereka.

Secara keseluruhan, puisi "Pengantin Remaja" adalah puisi yang kompleks yang menggambarkan hubungan manusia dengan cara yang penuh dengan makna dan simbolisme. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dinamika hubungan, pertumbuhan individu, dan kompleksitas emosi yang terlibat dalam percintaan dan kedewasaan.

Nirwan Dewanto
Puisi: Pengantin Remaja
Karya: Nirwan Dewanto

Biodata Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.