Puisi: Kelelawar (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Kelelawar" karya W.S. Rendra menggambarkan perjalanan jiwa sang penyair dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan ....
Kelelawar


Silau oleh sinar lampu lalu lintas
aku menunduk memandang sepatuku.
Aku gentayangan bagai kelelawar.
Tidak gembira, tidak sedih.
Terapung dalam waktu.
Ma, aku melihatmu di setiap ujung jalan.
Sungguh tidak menyangka
begitu penuh kamu mengisi ruang dan waktuku.

Sekarang aku kembali berjalan.

Apakah aku akan minum kopi?
Apakah aku akan makan di restoran?
Aku sebel terhadap cendikiawan yang menolak menjadi saksi.
Masalah sosial dipoles gincu menjadi filsafat alam.
Sikap jiwa dianggap maya dibanding mobil berlapis baja.
Hanya kamu yang enak diajak bicara.

Kakiku melangkah melewati sampah-sampah.

Aku akan menulis sajak-sajak lagi.
Rasa berdaya tidak bisa mati begitu saja
Ke sini, Ma, masuklah ke dalam saku bajuku.
Daya hidup menjadi kamu, menjadi harapan.


Sumber: Horison (November, 1982)

Analisis Puisi:
Puisi "Kelelawar" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan jiwa sang penyair dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan pertanyaan, refleksi, dan perenungan. 

Metafora Kelelawar: Kelelawar digunakan sebagai metafora dalam puisi ini. Kelelawar adalah makhluk malam yang sering kali dikaitkan dengan kegelapan dan misteri. Dalam konteks puisi ini, kelelawar mewakili perasaan penyair yang sering merasa tenggelam dalam ketidakpastian dan kebingungan dalam hidupnya. Meskipun kelelawar memiliki kemampuan terbang dan bergerak di malam yang gelap, penyair juga merasa "terapung dalam waktu," menunjukkan perasaan terhanyut dalam waktu yang terus berjalan.

Perenungan dan Refleksi: Puisi ini mengeksplorasi pemikiran penyair tentang hidup, tujuan, dan makna eksistensinya. Penyair merenungkan pertanyaan-pertanyaan tentang tindakan yang akan diambilnya selanjutnya, seperti minum kopi atau makan di restoran. Ini mencerminkan pertimbangan-pertimbangan dalam kehidupan sehari-hari yang sering kali terasa banal, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam.

Hubungan dengan Ibu: Puisi ini mengungkapkan hubungan yang mendalam antara penyair dan ibunya (Ma). Meskipun ibunya mungkin sudah meninggal, kehadiran ibu masih terasa dalam setiap sudut kehidupan penyair. Ibu merupakan titik penentu yang mempengaruhi perjalanan jiwa penyair.

Kritik Sosial: Puisi ini juga mengandung kritik sosial terhadap intelektual yang terlalu terfokus pada pemikiran abstrak dan mengabaikan realitas sosial. Penyair mencela cendikiawan yang enggan menjadi saksi atas masalah sosial dan lebih memilih memikirkan masalah filsafat alam. Ini menggarisbawahi pentingnya keterlibatan aktif dalam menyelesaikan masalah sosial.

Pemberdayaan Diri: Meskipun penyair merasa terjebak dalam refleksi dan pertanyaan, ia juga menyadari bahwa rasa berdaya dalam dirinya tidak akan pernah padam. Puisi ini mengakhiri dengan harapan bahwa perenungan dan introspeksi akan menjadi sumber daya hidup dan harapan.

Puisi "Kelelawar" karya W.S. Rendra adalah sebuah puisi yang mendalam tentang perjalanan jiwa dalam keberadaan sehari-hari. Puisi ini menggambarkan perasaan kebingungan, perenungan, dan harapan, serta menyajikan kritik sosial terhadap intelektual yang tidak terlibat dalam masalah sosial. Dengan metafora yang kuat dan pemikiran yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna eksistensial dan pemberdayaan diri dalam dunia yang kompleks.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Kelelawar
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.