Puisi: Naik Andong Kehujanan (Karya Joko Pinurbo)

Melalui metafora perjalanan andong yang dihujani dan diwarnai dengan berbagai pengalaman, Joko Pinurbo mengajak pembaca untuk merenungkan arti ....
Naik Andong Kehujanan


Andong terguncang-guncang di bawah hujan.
Hujan mengguyur, melecut kudaku yang kecapaian.
(Andong: keranda indah yang membawa kita tamasya
keliling kota. Kling klong kling klong)

Andong: kudanya kurus kering tinggal tulang-belulang,
terseok-seok mendaki jalanan licin berkelok-kelok.
"Hoya! Hoya!" teriak kusir
sambil menyebet-nyabetkan pecutnya.

Kusirnya gundul, gendut dan gendeng.
Enak-enak merokok, minum bir, makan apem.
"Hoya! Hoya!" hentaknya garang
sambil dipecutnya kudaku yang kelaparan.

Andong tertatih-tatih di bawah hujan,
membawa sepasang pengantin ke sebuah kondangan.
Kudanya kurus kering tinggal tulang-belulang,
terengah-engah mendaki jalanan gelap dan basah.
"Hoya! Hoya!" teriak penumpang
membentak kusir yang ketiduran.

Penumpangnya pakai topeng, banyak tingkah, pecicilan.
Yang satu mabuk, yang lain kesurupan.
"Nikmatnya juga euy naik andong kehujanan,"
kata penumpang edan sambil enak-enak minum bir,
makan lemper, dan dangdutan.

Andong berhenti di kuburan. Pesta kawinan
sudah disiapkan. Dan sudah ada pertunjukan jaran kepang.
"Selamat datang pengantin," sambut seorang arwah
penjaga gerbang. Kudaku ketakutan. Melesat minggat sendirian.
Kusir dan penumpangnya ditinggalkan.
(Andong: kerenda kosong yang melaju kencang
mencari penumpang. Kling klong kling klong.)

Andong meluncur di bawah hujan. Hujan mengguyur malam,
melecut kudaku yang kesakitan. "Hoya! Hoya!" gertak kudaku
kesetanan, ngebut menembus malam.


1999

Analisis Puisi:
Puisi "Naik Andong Kehujanan" karya Joko Pinurbo membawa pembaca dalam pengalaman unik melalui gambaran yang hidup dan imajinatif. Puisi ini mengeksplorasi tema perjalanan fisik dan spiritual dengan menggunakan metafora andong sebagai sarana perjalanan dalam kehidupan.

Simbolisme Andong: Andong dalam puisi ini menjadi simbol perjalanan hidup. Dengan menggambarkan andong yang terguncang-guncang di bawah hujan, Joko Pinurbo mungkin ingin menyampaikan kesan ketidakpastian dan perjuangan dalam menjalani kehidupan.

Hujan Sebagai Penyucian: Hujan yang mengguyur andong dapat diartikan sebagai penyucian atau ujian dalam kehidupan. Meskipun hujan dapat memberikan kesulitan, namun juga menghasilkan keindahan dan kebersihan.

Deskripsi Kusir dan Penumpang: Karakteristik kusir yang gundul, gendut, dan gendeng, serta penumpang dengan topeng, menciptakan gambaran tentang kehidupan yang penuh warna dan kompleksitas. Puisi ini mungkin mencerminkan keragaman manusia dan keberagaman pengalaman dalam perjalanan kehidupan.

Pertunjukan Kehidupan: Adanya pertunjukan jaran kepang di kuburan menggambarkan kehidupan sebagai sebuah pesta yang penuh dengan kejutan dan misteri. Hal ini juga mencerminkan kehidupan yang terus berlanjut meskipun di tengah ketidakpastian.

Kuburan Sebagai Simbol: Pemberhentian andong di kuburan menambah dimensi spiritual pada puisi ini. Kuburan menjadi simbol perubahan atau akhir yang tidak terduga dalam perjalanan kehidupan.

Kebebasan dan Kesetanan: Kuda yang melesat minggat sendirian menandakan kebebasan dan kesetanan dalam menghadapi kehidupan yang sulit. Ini dapat diartikan sebagai sikap pemberani dalam menghadapi takdir atau tantangan.

Gaya Bahasa yang Dinamis: Gaya bahasa Joko Pinurbo yang dinamis, dengan pengulangan suara "Kling klong kling klong" dan teriakan "Hoya! Hoya!", menambah ritme dan energi pada puisi ini, menciptakan nuansa kehidupan yang penuh aksi.

Pesan Puisi: Puisi ini mungkin menyampaikan pesan bahwa kehidupan adalah perjalanan yang penuh dengan kejutan dan ujian. Meskipun sulit dan tak pasti, kehidupan tetap menawarkan keindahan, hiburan, dan kebebasan.

Melalui metafora perjalanan andong yang dihujani dan diwarnai dengan berbagai pengalaman, Joko Pinurbo mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan dan bagaimana kita meresponsnya. Puisi ini menjadi sebuah perjalanan sastra yang kaya makna dan mengundang pembaca untuk menggali interpretasi yang lebih dalam.

"Puisi: Naik Andong Kehujanan (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Naik Andong Kehujanan
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.