Puisi: Menyimak Rapsodi Hujan November (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Menyimak Rapsodi Hujan November" karya Diah Hadaning mengekspresikan kekecewaan, penantian, dan harapan akan masa lalu yang masih mengendap ...
Menyimak Rapsodi Hujan November


Menyimak rapsodi hujan senja
Seakan segala tragedi sirna dari tanah merdeka
Sepemakan sirih lupakan kemungkinan
Kaliyuga ingkar janji, haruslah lewat
Malah berhenti, anak manusia sakit hati
Menyimak rapsodi hujan senja
Sebait intro sebuah lagu tak pernah selesai
Menagih janji November
Mana kelanjutan cerita perjalanan Nusantara
Sempat suntingimu bunga.

Sabarlah bagai kesabaran Sabdopalon
Menagih janji 'tika pisah dengan tabah
Bersalam pada Prabu Brawijaya akhir
Terhenyak aku menghitung abad
Saat telah begitu dekat
Sabdopalon menagih janji
Sementara sebait intro menjauh
Lambai tangan lihat aku telah di garis kesadaran.


Bogor, November 2003

Analisis Puisi:
Puisi "Menyimak Rapsodi Hujan November" karya Diah Hadaning menyajikan pengamatan mendalam tentang suasana hujan di bulan November yang menciptakan atmosfer introspeksi dan pertanyaan akan masa lalu serta janji yang belum terpenuhi.

Sarana Penciptaan Atmosfer: Penyair menggunakan hujan pada senja November sebagai elemen atmosferis dalam puisi, yang memberikan kedalaman emosional dan menekankan suasana introspeksi. Rapsodi hujan memberikan latar belakang yang mendalam dan simbolis bagi perasaan yang diungkapkan dalam puisi.

Penyisipan Nilai Budaya: Dalam puisi, terdapat referensi pada nilai-nilai budaya Jawa yang terkenal, seperti Sabdopalon, Prabu Brawijaya, dan garis kesadaran. Ini memberikan dimensi kultural yang kaya dan menambah kompleksitas pesan puisi dalam kerangka kearifan lokal.

Kegelisahan atas Janji dan Masa Lalu: Penyair mengekspresikan kegelisahan dan kekecewaan atas ketidakpastian akan janji yang belum terpenuhi. Terdapat rasa penantian yang panjang dan kekhawatiran akan masa lalu yang tak kunjung selesai atau terpecahkan.

Panggilan untuk Kebijaksanaan dan Ketabahan: Puisi menawarkan panggilan untuk sikap bijaksana dan tabah, menyerukan kesabaran yang mirip dengan Sabdopalon, yang memunculkan kesan perlu menunggu dan menerima apa yang akan datang dengan keberanian dan ketabahan.

Pergeseran Kesadaran: Puisi menggambarkan pengalaman pergeseran kesadaran yang menandakan perubahan penting. Ada kesadaran akan jarak waktu yang semakin dekat, dan perubahan suasana atau situasi, yang menyertai perasaan penyair dalam menemukan titik kesadaran baru.

Puisi ini memanfaatkan rasa introspeksi dan kerangka nilai budaya Jawa untuk mengekspresikan kekecewaan, penantian, dan harapan akan masa lalu yang masih mengendap dalam ingatan dan janji yang belum terpenuhi. Aliran emosional puisi menciptakan suasana nostalgia dan pertanyaan akan masa depan yang berkelindan dengan citra hujan di bulan November.

"Puisi: Menyimak Rapsodi Hujan November (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Menyimak Rapsodi Hujan November
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.