Puisi: Kalvari (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Kalvari" karya Joko Pinurbo mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, kekuasaan, dan kemanusiaan.
Kalvari

Hari sudah petang ketika maut tiba di ranjang. 

Orang-orang partai yang mengantarnya ke situ 
sudah bubar, bubar bersama para serdadu 
yang mengalungkan kawat berduri di lehernya 
dan membuang tubuhnya tadi siang. 

Hanya ada seorang perempuan sedang sembahyang 
berkerudung kain kafan 
dan menggelarnya bagi raga yang capai. 

"Bapa, belum selesai. Entah kapan saya sampai."

Hanya ia yang tawakal 
menemani ajal, 
menyiapkan pembaringan 
buat tidur seorang pecundang: 
warga tanpa negara, tanpa agama. 

Hanya ia yang mendengar sekaratnya. 

"Telah kuminum anggur 
dari darah yang mancur. 
Telah kucecap luka 
pada lambung yang lapa. 
Di tubuh Tuhan kuziarahi 
peta negeri yang hancur."

Maut sudah kosong 
ketika mereka hendak menculik mayatnya. 
Hanya ada seorang perempuan 
sedang membersihkan salib di sudut ranjang. 

"Ia sudah pergi ke kota," katanya, 
"dan kalian tak akan bisa lagi menangkapnya."

1998

Sumber: Celana (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Kalvari" adalah karya yang sarat dengan makna religius, politis, dan kemanusiaan.

Religi dan Kehidupan Akhirat: Puisi ini menggambarkan momen kematian seseorang yang dikaitkan dengan suasana religius. Dengan menggambarkan perempuan yang sedang sembahyang dan menyediakan pembaringan bagi orang yang akan meninggal, puisi ini menyoroti tema tawakal dan persiapan untuk kehidupan akhirat.

Politik dan Kekuasaan: Melalui gambaran para serdadu dan partai politik yang mengantarkan orang yang akan meninggal, puisi ini menggambarkan keterlibatan politik dalam kehidupan individu hingga saat-saat terakhirnya. Kawat berduri dan tubuh yang dibuang merupakan metafora dari kekejaman politik dan manipulasi kekuasaan.

Kehilangan dan Kesedihan: Ada sentuhan kesedihan dalam puisi ini, terutama ketika orang yang akan meninggal mengucapkan kalimat terakhirnya, "Bapa, belum selesai. Entah kapan saya sampai." Ini mencerminkan perasaan kehilangan dan ketidakpastian akan nasib di masa depan.

Kehadiran Perempuan: Perempuan dalam puisi ini muncul sebagai simbol kekuatan dan kedamaian di tengah-tengah kekacauan dan kekerasan. Dia menemani orang yang akan meninggal dengan tawakal, membersihkan salib, dan akhirnya, mengumumkan kepergiannya dengan penuh keberanian.

Pesan Kemanusiaan: Puisi ini menyampaikan pesan kemanusiaan, menyoroti pentingnya pengabdian dan keteguhan dalam menghadapi kematian dan kekerasan. Ini menekankan pentingnya kasih sayang, belas kasihan, dan perlawanan terhadap kezaliman.

Puisi "Kalvari" karya Joko Pinurbo adalah karya yang menggambarkan momen kematian dengan latar belakang politik dan religius yang kuat. Melalui penggunaan gambaran-gambaran yang kuat dan puitis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, kekuasaan, dan kemanusiaan.

Puisi: Kalvari
Puisi: Kalvari
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.