Puisi: Jakarta dalam Ketika (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Jakarta dalam Ketika" karya Diah Hadaning menunjukkan perasaan ketidakpastian, kehilangan, dan kelelahan yang seringkali terasa dalam ...
Jakarta dalam Ketika

Jakarta,
ketika bulan merah kulihat
wajahmu tersangkut di atap-atap
rumah kampung Condet yang
tersilet-silet.

Jakarta,
ketika musik-musik berderam
kudengar suaramu menyatu
dalam doa sabar polisi-polisi kecil
berpanas-hujan sepanjang jalan Sudirman.

Jakarta,
ketika bunga-bunga ulang tahun
cantik memanjang gedung kapitol
kulihat dirimu tak henti
menggoyang angan-angan para urban
yang tak pernah lelah mencari
sementara terus kehilangan.

Jakarta,
ketika forum-forum cantik
bicara tentang profil kota ideal
kulihat dirimu sabar mendengar
sesekali menatap air Ciliwung
di mana bayangku limbung
dan Harmoni penuh bunga imajinasi.

Jakarta, Juni 1988

Analisis Puisi:
Puisi "Jakarta dalam Ketika" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya sastra yang mengangkat kota Jakarta, ibukota Indonesia, sebagai latar belakang dan menjelajahi berbagai aspek kehidupan dan perubahan yang terjadi di kota tersebut.

Gambaran Kota Jakarta: Puisi ini menggambarkan Jakarta dengan berbagai nuansa yang ada di dalamnya. Penyair menggambarkan kota ini pada malam hari ketika bulan muncul, pada saat ketika musik berderu, ketika bunga-bunga ulang tahun menghiasi gedung-gedung, dan saat forum-forum kota membicarakan profil kota ideal.

Ketidakpastian dan Perubahan: Puisi ini merenungkan perubahan yang terus-menerus terjadi di Jakarta. Ketidakpastian dan perubahan terlihat dalam gambaran bulan yang "merah" dan wajah yang "tersangkut," menciptakan nuansa yang tidak pasti dan serba tidak terduga.

Kontras dalam Hidup Kota: Puisi ini menciptakan kontras antara kesan urban modern dengan gambaran rumah kampung Condet dan doa sabar polisi-polisi kecil yang berpanas hujan di Jalan Sudirman. Ini mencerminkan realitas kehidupan di Jakarta yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat dan suasana yang berbeda-beda.

Perasaan Kelelahan dan Ketidakpastian: Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perasaan kelelahan dan ketidakpastian yang ada di kalangan urban yang terus mencari sesuatu yang tampaknya selalu terus menghilang. Ada perasaan kehilangan dalam upaya mencari sesuatu yang ideal di kota ini.

Air Ciliwung: Penyair menyebut air Ciliwung, yang mungkin merupakan simbol dari alam yang masih ada di tengah hiruk-pikuk kota. Ciliwung juga dapat dianggap sebagai metafora kehidupan yang mengalir, dan bayang-bayang yang limbung mungkin mencerminkan perasaan perubahan dan ketidakpastian.

Puisi "Jakarta dalam Ketika" adalah refleksi perasaan tentang kehidupan di kota Jakarta yang terus berubah. Diah Hadaning menggunakan gambaran malam dan perubahan dalam masyarakat untuk menciptakan karya sastra yang menggugah perenungan tentang perubahan yang terus terjadi di ibukota Indonesia. Puisi ini menunjukkan perasaan ketidakpastian, kehilangan, dan kelelahan yang seringkali terasa dalam kehidupan urban di Jakarta.

Puisi Jakarta dalam Ketika
Puisi: Jakarta dalam Ketika
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.