Puisi: Penjual Celana (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Penjual Celana" karya Joko Pinurbo menggambarkan ironi kehidupan dan kompleksitas manusia, serta menyoroti tema kejujuran, kesombongan, dan ...
Penjual Celana

Konon ia seorang veteran, bekas pejuang kemerdekaan,
sehari-hari bergiat sebagai pedagang celana di sebuah pasar
di dekat kuburan di pinggiran kota.
Orang-orang sangat suka membeli celana bikinannya
karena terjamin kwalitetnya, sangat enak dipakainya,
terkenal sejak 1945.

Mentang-mentang pakai celana serdadu, penjual celana itu
tiba-tiba menjadi sombong dan pura-pura lupa sama aku.
"Anda dari kampung ya?" Ejeknya ketika aku sibuk
mencoba-coba berbagai celana dan tidak juga membelinya.

"Semua celana itu palsu. Yang asli cuma ini," katanya
sembari menunjuk-nunjuk celananya sendiri.
Ia tertawa hebat ketika aku berniat membeli celana antik
yang dipakainya, berapa pun harganya.
Ia bertahan: "Jangan. Ini celana perjuangan."

Ketika sekian tahun kemudian kami bertemu lagi
di sebuah rumah sakit jiwa di dekat kuburan di pinggiran kota,
bekas serdadu itu mengaku bahwa celana loreng
yang dibanggakannya itu sebenarnya palsu dan ia menyesal
mengapa dulu tidak menjualnya ke aku.
Celana itu sudah dibeli seorang kolektor kaya
yang gemar mengumpulkan berbagai macam benda pusaka.

2002

Analisis Puisi:

Puisi "Penjual Celana" karya Joko Pinurbo menggambarkan ironi kehidupan dan kompleksitas manusia, serta menyoroti tema kejujuran, kesombongan, dan penyesalan.

Kontras Antara Penampilan dan Realitas: Penjual celana digambarkan sebagai seorang veteran yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang celana di pasar. Meskipun penjual tersebut memakai celana serdadu yang memberikan kesan keanggunan dan martabat, ia sebenarnya terjebak dalam kesulitan ekonomi dan harus bekerja keras untuk bertahan hidup.

Kesombongan dan Kejujuran: Penjual celana terlihat sombong dan menganggap dirinya lebih unggul karena memakai celana asli dari zaman perjuangan. Dia bahkan menolak untuk menjual celana antiknya kepada narator karena dianggap tidak layak membelinya. Namun, pada akhirnya, penjual itu mengaku bahwa celana tersebut palsu, mengungkapkan sisi yang jauh dari kesombongannya dan menunjukkan penyesalannya.

Penyesalan dan Ironi Kehidupan: Pada akhirnya, penjual celana menyesali sikapnya yang sombong dan penolakannya untuk menjual celana antik kepada narator. Dia menyadari bahwa sikapnya telah membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Ironisnya, celana palsunya kemudian dibeli oleh seorang kolektor kaya, yang menyoroti kompleksitas hidup dan kemungkinan terlewatnya peluang dalam hidup.

Pencitraan dan Realitas Sosial: Puisi ini mencerminkan realitas sosial di mana seseorang sering kali mencoba untuk mempertahankan citra yang lebih baik daripada kenyataannya. Penjual celana menunjukkan bahwa meskipun dia mungkin terlihat kuat dan berjaya, dia sebenarnya terjebak dalam kesulitan hidup dan tidak mampu mengakui kebenaran.

Puisi "Penjual Celana" karya Joko Pinurbo adalah penggambaran yang kuat tentang ironi kehidupan, kesombongan, dan penyesalan. Melalui kisah penjual celana yang sombong namun penuh penyesalan, pembaca diingatkan tentang kompleksitas manusia dan pentingnya kejujuran dan rendah hati dalam menghadapi kehidupan.

Puisi Penjual Celana
Puisi: Penjual Celana
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.