Puisi: Mencatatkan Kerinduan (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Mencatatkan Kerinduan" mengajak pembaca untuk merenung tentang makna dan esensi dari kerinduan dalam kehidupan sehari-hari.
Mencatatkan Kerinduan
(kepada Bimbo, 
setelah 25 tahun
 
lirik dituliskan)

Sam, tolong catatkan kerinduanku
Pada daun-daun pohon jati
Cil, tolong catatkan kerinduanku
Pada nelayan laut sunyi

Jaka, tolong catatkan kerinduanku
Pada kata si rendah hati
In, tolong catatkan kerinduanku
Pada penangkap ikan dan 25 Nabi

Adalah sunyi sipres tua
Ada pula awan bulu domba
Adalah anak tak putus bertanya
Ada pula serangga berkata-kata

Adalah merdu Daud burung-burungnya
Ada pula dedahanan berkosa-kata
Adalah tongkat nabi Musa
Ada pula eling Ranggawarsita
Ada sakratul-maut di mana dia.

Dari seribu kerinduan berapa kiranya
Yang Dikau berikan
Dari sepuluh kerinduan
Manakah kerinduan
Yang bersangatan?

1998

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998)

Analisis Puisi:

Puisi "Mencatatkan Kerinduan" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya yang menggambarkan kerinduan manusia pada berbagai aspek kehidupan dan alam sekitarnya. Dengan gaya yang sederhana namun dalam, Ismail membangun gambaran tentang kerinduan yang mendalam dan universal.

Manifestasi Kerinduan: Puisi ini mencatatkan berbagai aspek kehidupan dan alam sebagai simbol dari kerinduan manusia. Daun-daun pohon jati, nelayan laut sunyi, kata-kata si rendah hati, penangkap ikan, dan 25 Nabi semuanya menjadi objek yang dicatatkan kerinduan.

Kehadiran Alam dan Manusia: Ismail menampilkan keberagaman alam dan manusia dalam puisi ini. Mulai dari daun-daun pohon jati hingga burung-burung Daud, dari nelayan laut hingga kata-kata si rendah hati, puisi ini menyoroti beragamnya kehidupan dan pengalaman manusia di dunia.

Simbolisme dan Metafora: Beberapa elemen dalam puisi, seperti awan bulu domba, anak yang tak putus bertanya, serangga berkata-kata, dan tongkat nabi Musa, digunakan sebagai simbol dan metafora yang melambangkan kerinduan, kearifan, dan pertanyaan eksistensial manusia.

Pertanyaan yang Menyentuh: Puisi ini diakhiri dengan pertanyaan yang mendalam tentang sifat kerinduan manusia. Dengan merenungkan dari seribu kerinduan, manakah yang sungguh-sungguh bermakna, Ismail mengajak pembaca untuk mempertimbangkan esensi dari kerinduan dan keinginan yang muncul dalam kehidupan.

Puisi "Mencatatkan Kerinduan" adalah sebuah puisi yang mendalam dan reflektif tentang keinginan manusia dan hubungannya dengan alam dan kehidupan sekitarnya. Dengan menggunakan beragam simbol dan metafora, Taufiq Ismail berhasil menggambarkan kerinduan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang makna dan esensi dari kerinduan dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Mencatatkan Kerinduan
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.