Puisi: Mandi (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Mandi" karya Joko Pinurbo mengeksplorasi tema kekejaman dan ketidakadilan yang mungkin terjadi dalam suatu konteks yang tidak ....
Mandi


Mereka tiba di kamar mandi menjelang tengah malam
ketika langit terang dan bulan sedang cemerlang.
Pemimpin rombongan segera angkat bicara,
"Hadirin sekalian, malam ini kita berkumpul di sini
untuk mengantar mandi salah seorang saudara kita.
Mari kita sakiti dia agar sempurnalah mandinya."

Korban segera diseret ke kamar mandi
dan diperintahkan berdiri di depan. Wajahnya
tertunduk pucat, tubuhnya gemetar, dan matanya
seperti kenangan yang redup perlahan. Belum sempat
pemimpin rombongan menanyakan tanggal lahir
dan asal-usul korban, orang-orang yang sudah
tak sabar menyaksikan sekaratnya berseru nyaring,
"Mandikan dia! Mandikan dia!"

Tubuh tak bernama yang terlampau tabah menerima
cambukan waktu yang gagah perkasa. Mandikanlah dia.

Mulut tanpa kata yang tak perlu lagi mengucap segala
yang tak terucapkan kata. Mandikanlah dia.

Hati paling rasa yang tak pernah usai memburu cinta
di rimba raga. Mandikanlah dia.

Mandikanlah dia hingga tak tersisa lagi luka.

Pembantaian sebentar lagi dimulai. Hadirin segera
pergi setelah masing-masing menghunjamkan nyeri
ke hulu hati. Korban dibiarkan terkapar di kamar mandi.

Sepi yang tinggi besar melangkah masuk sambil
terbahak-bahak. Korban diperintahkan berdiri. 
"Mandi!" bentaknya. Dengan geram diterkamnya
tubuh korban dan kemudian dikuliti. Lihatlah, korban
sedang mandi. Mandi dengan tubuh berdarah-darah.

Bahkan bulan tak berani bicara; dengan takut-takut
ia melongok lewat genting kaca. Sepi makin beringas.
Ia cengkeram tubuh kurus korban, ia serahkan
lehernya kepada yang terhormat tali gantungan.
Krrrkk! Sepi melenggang pergi sambil terbahak-bahak,
meninggalkan korban berkelejatan sendirian.
Lalu, di hening malam itu, tiba-tiba terdengar
seorang bocah menjerit pilu: "Ibu, tolong lepaskan aku, Ibu!"


2003

Analisis Puisi:
Puisi "Mandi" karya Joko Pinurbo mengeksplorasi tema kekejaman dan ketidakadilan yang mungkin terjadi dalam suatu konteks yang tidak terdefinisi dengan jelas.

Metafora Mandi sebagai Kegiatan Menyakitkan: Puisi ini memulai dengan situasi yang tidak biasa, yaitu sebuah ritual mandi yang ternyata penuh dengan kekejaman. Mandi, yang biasanya dianggap sebagai aktivitas yang menyenangkan dan membersihkan, diubah menjadi tindakan kejam dan menyakitkan. Ini dapat diartikan sebagai metafora dari penderitaan atau pengorbanan yang mungkin harus dihadapi seseorang dalam kehidupan.

Kelompok sebagai Pengeksekusi: Ada kelompok yang diidentifikasi sebagai "pemimpin rombongan" yang memerintahkan ritual kekejaman ini. Mereka memiliki kendali dan kekuasaan atas korban, dan suasana pembantaian ini terasa sebagai hasil dari suatu otoritas yang tidak jelas. Ini bisa mencerminkan kekuasaan yang zalim atau penguasaan kelompok tertentu terhadap individu.

Pencarian Kebersihan Spiritual: Meskipun puisi ini memuat gambaran kekejaman, motif mandi juga dapat diartikan sebagai pencarian kebersihan spiritual atau pembersihan dari dosa dan beban emosional. Ketika korban "mandi dengan tubuh berdarah-darah," ini dapat melambangkan upaya seseorang untuk membebaskan diri dari beban-ban beban yang menyakitkan.

Pesona Kata-Kata: Penyair menggunakan pesona kata-kata untuk menyampaikan rasa kekejaman dan ketidakadilan. Bahasa yang digunakan cenderung kontras dengan suasana yang seharusnya ada ketika seseorang mandi. Hal ini menciptakan efek kejut yang dramatis bagi pembaca, memaksa mereka untuk merenungkan lebih dalam makna puisi.

Makna Sepi dan Bulan: Sepi dan bulan digambarkan sebagai saksi bisu dari peristiwa ini. Bulan yang malu-malu melihat melalui genting kaca menciptakan atmosfer yang suram dan tak berdaya. Sepi yang bahak-bahak menambah ketegangan dan ketakutan dalam suasana.

Teriakan Bocah: Teriakan bocah di akhir puisi memberikan kejutan dramatis. Ini merupakn suara yang meresahkan dan menyentuh hati, mungkin menciptakan kesan bahwa ada ketidakadilan atau penderitaan yang dialami oleh orang yang lebih lemah atau tidak berdaya.

Puisi "Mandi" tidak hanya menyajikan gambaran visual tentang kekejaman ritual mandi, tetapi juga mengeksplorasi makna-makna mendalam yang melibatkan aspek spiritual dan penderitaan emosional. Penggunaan metafora yang kuat dan pilihan kata yang dramatis menciptakan dampak emosional yang mendalam, membiarkan pembaca merenungkan makna-makna tersembunyi yang ingin disampaikan oleh penyair.

Puisi Mandi
Puisi: Mandi
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.