Puisi: Serenada Merjan (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Serenada Merjan" menciptakan gambaran visual dan atmosfer yang kuat, menggambarkan tema-tema universal seperti cinta, hubungan manusia ....
Serenada Merjan


Angkatlah pandang matamu
ke swarga loka,
ke sejuta lilin alit
yang gemetar.
Semerbak bau kesturi
dan endapan mimpi malammu.
Tidakkah kau mengerti
aku suami, engkau istri?

Kau dan aku
yang berpijak di bumi pusaka
di tengah alam semesta
yang telanjang dan terbuka,
adalah sumber dari hidup yang baru
kita adalah persemaian
dari dosa, penderitaan
dan napas harapan kehidupan.

Wanita!
Merapatlah engkau kemari!
Bertaburanlah kristal-kristal semangat
dalam udara yang menentang mati.
Tubuhmu bagai kijang kencana
berkilauan di lengan-lengan kuatku
adalah pernyataan
menentang kehancuran benih insani.

Tumpaslah engkau,
suara malam yang durhaka!
Laguku yang ini
lahir dan koyak-moyaknya mimpi pertama
yang menjelma jadi mimpi ke sejuta.
Inilah nyanyianku
yang lepas dari dadaku
yang terluka dalam penderitaan yang jingga
dan selalu menemu fajar esoknya.
Insan tak bisa dihancurkan.

Merangkak sepanjang abad
menaruh harapan di tangannya yang menderita.
Dan percintaan
selalu penentang kematian.

Di dalam udara bau kesturi,
dan selalu bergema
debaran selaksa jantung di kahyangan
kudekap dikau pengantinku.

Melenguh lembu-lembu yang terjaga,
bambu-bambu merapat kedinginan,
berdesir sungai birahi,
pucuk padi menciumi bumi,
pohonan hidup dan gemetar,
dan bulan menutup wajahnya.
Tanganku menjamah dadamu.


Sumber: Empat Kumpulan Sajak (1961)

Analisis Puisi:
Puisi "Serenada Merjan" adalah salah satu karya terkenal dari penyair Indonesia, W.S. Rendra. Puisi ini menciptakan gambaran visual dan atmosfer yang kuat, menggambarkan tema-tema universal seperti cinta, hubungan manusia dengan alam, perlawanan terhadap kematian, dan harapan. Mari kita bahas beberapa aspek penting dari puisi ini:

Gaya Bahasa dan Imaji: Puisi ini menggunakan bahasa yang kaya dengan imaji-imaji kuat. Contohnya, "ke sejuta lilin alit yang gemetar" menggambarkan suasana yang rapuh dan menyoroti kerapuhan hidup manusia. "Semerbak bau kesturi dan endapan mimpi malammu" menggambarkan bau harapan dan kenangan, memberikan dimensi sensual pada puisi. Gaya bahasa ini mengundang pembaca untuk merenung tentang makna di balik kata-kata.

Hubungan Manusia dengan Alam: Puisi ini mengilustrasikan hubungan manusia dengan alam melalui gambaran pemandangan alam, seperti "Tubuhmu bagai kijang kencana berkilauan di lengan-lengan kuatku." Analogi ini menghubungkan wanita dengan keelokan alam dan juga melambangkan kekuatan alam yang berpadu dengan kelembutan manusia.

Perjuangan dan Harapan: Puisi ini menggambarkan perjuangan dan harapan dalam hidup manusia. Dengan mengatakan "Wanita! Merapatlah engkau kemari! Bertaburanlah kristal-kristal semangat dalam udara yang menentang mati," penyair mengajak wanita untuk bergabung dalam semangat perjuangan melawan kematian dan melalui perjuangan ini, mereka menciptakan hidup yang baru.

Pembebasan dan Keteguhan: Pada bagian "Tumpaslah engkau, suara malam yang durhaka! Laguku yang ini lahir dan koyak-moyaknya mimpi pertama yang menjelma jadi mimpi ke sejuta," penyair menyuarakan keinginan untuk mengatasi rintangan dan kesulitan yang ada. Ini adalah panggilan untuk membebaskan diri dari segala hal yang menghambat kemajuan dan pertumbuhan.

Cinta dan Ketahanan: Penyair mengekspresikan gagasan tentang cinta dan ketahanan manusia terhadap segala perubahan dan tantangan dalam hidup. Puisi ini berbicara tentang cinta yang bertahan dalam penderitaan, dan melihatnya sebagai kekuatan yang menentang kematian.

Keabadian: Puisi ini mengekspresikan gagasan bahwa manusia tidak bisa dihancurkan. "Insan tak bisa dihancurkan. Merangkak sepanjang abad menaruh harapan di tangannya yang menderita" menggambarkan tekad dan ketangguhan manusia dalam menghadapi tantangan dan perubahan.

Simbolisme: Puisi ini menggunakan simbol-simbol seperti "bau kesturi," "kijang kencana," "bambu-bambu," dan "bulan," yang semuanya merujuk pada makna-makna yang lebih dalam, seperti harapan, keindahan, dan perubahan.

Puisi "Serenada Merjan" secara keseluruhan adalah perwujudan dari keragaman emosi, pengalaman manusia, dan pandangan filosofis mengenai kehidupan. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan simbolisme yang kuat, W.S. Rendra berhasil menggambarkan kompleksitas kehidupan dan nilai-nilai yang menghubungkan manusia dengan alam dan eksistensi mereka sendiri.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Serenada Merjan
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.