Puisi: Yamdena Mimpi Bencana (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Yamdena Mimpi Bencana" menciptakan gambaran yang kuat tentang perubahan dramatis di pulau Yamdena, Tanimbar, dan keterkaitan erat antara ...
Yamdena Mimpi Bencana

Yamdena yang kau sapa
bayang perempuan Saumlaki hilang tifa
ketika angin laut tak lagi
bersarang di lebat hutan
rimbun hijau tinggal tanah bebukitan
Yamdena yang kau sapa
Yamdena sama getirnya.

Yamdena yang kau tatap
bayang lelaki Saumlaki hilang keringat
mengusung keluh anak pulau
mengusung irama bencana ke seberang
barangkali ke pulau Larat
barangkali ke pulau Selaru
barangkali ke Wuliaru dan Selu
cari mawar buat jantung Tanimbar
terbabat gergaji rancangan anyar.

Di antara suara hati terluka
kata-kata menjadi mimpi bencana
Tanimbarku dengan lelaki hati akar
Tanimbarku dengan luka yang terbakar
kubawa dalam setumpuk kata
mengetuk langit Jakarta
karena hutan menjadi musim perkabungan
karena hijau dikelupas dari tanah sejarah.

Bogor, Juli 1992

Analisis Puisi:
Puisi "Yamdena Mimpi Bencana" karya Diah Hadaning memadukan unsur alam, kehilangan budaya, dan ungkapan batin yang mendalam.

Penggambaran Yamdena: Puisi membuka dengan penyebutan "Yamdena," sebuah pulau yang menjadi pusat cerita. Penyair menggambarkan perubahan dramatis dalam pemandangan pulau tersebut, dari bayang perempuan Saumlaki yang hilang tifa hingga lelaki Saumlaki yang keringatnya telah hilang.

Kehilangan Identitas Budaya: Menggunakan kata-kata seperti "angin laut tak lagi bersarang" dan "hutan menjadi musim perkabungan," puisi menyampaikan perasaan kehilangan identitas budaya. Bebukitan yang dulu hijau kini tinggal tanah, menggambarkan perubahan drastis dan kerinduan akan masa lalu yang kaya.

Perjalanan Menuju Seberang: Puisi menyiratkan perjalanan menuju pulau-pulau tetangga seperti Larat, Selaru, Wuliaru, dan Selu. Hal ini menciptakan gambaran tentang upaya mengusung keluh kesah anak pulau dan membagikan irama bencana, menggambarkan solidaritas dan perasaan kebersamaan di antara pulau-pulau.

Pencarian Harapan di Tanimbar: Penyair membawa luka dan keluh kesah dalam setumpuk kata, mencari mawar untuk jantung Tanimbar yang telah terbakar. Ini menciptakan gambaran akan keinginan akan perubahan, pemulihan, dan keindahan di tengah penderitaan.

Suara Hati Terluka dan Mimpi Bencana: Dalam kalimat "Di antara suara hati terluka, kata-kata menjadi mimpi bencana," puisi menciptakan keterkaitan antara rasa sakit batin dan realitas kehidupan yang keras. Mimpi bencana mencerminkan ketidakpastian dan ketakutan akan masa depan.

Panggilan Hati dari Tanimbar ke Jakarta: Puisi menutup dengan mengetuk langit Jakarta, menciptakan hubungan antara kehidupan di pulau dan pusat pemerintahan. Ini menyoroti jarak geografis dan perasaan kepulauan yang sering terabaikan oleh pusat kekuasaan.

Puisi "Yamdena Mimpi Bencana" menciptakan gambaran yang kuat tentang perubahan dramatis di pulau Yamdena, Tanimbar, dan keterkaitan erat antara suara hati terluka dan mimpi bencana. Diah Hadaning berhasil mengguratkan realitas keras serta kerinduan akan kehidupan dan budaya yang perlahan-lahan pudar di pulau tersebut.

"Puisi: Yamdena Mimpi Bencana (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Yamdena Mimpi Bencana
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.