Puisi: Sajak Busuk (Karya Sosiawan Leak)

Puisi "Sajak Busuk" karya Sosiawan Leak adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan sajak sebagai medium yang kuat dan menghendaki penghargaan yang ....
Sajak Busuk


Sajakku,
sajak yang kau bilang busuk dan usang
takkan pernah mau telanjang memamerkan kemaluan
seperti dirimu yang kadang pulang
sesekali ingat rumah dan jalan, namun lupa dimana
celana dalam dan kaus kutang kau tanggalkan
usai begadang semalaman
mengeja hidup baru yang gagal kau temu
hakekat makna kesejatian.

Sajakku,
sajak yang kau bilang gampang dibilang
lantaran busuk dan usang
meski jauh kemana berlayar
mengembang ilmu mengasah akal pikiran
takkan pernah menyerah
pasrah kepada gelombang kehidupan yang bagai bah
dialiri barang produksi
dari yang usang, busuk hingga keluaran terkini.

Sajakku,
sajak yang tak pernah kau hitung dalam bilangan
tak kau sadari luput dari pengamatan
ia bergerilya di mana-mana
desa, hutan dan pegunungan
menyembul dari palung, selat dan lautan
menjelma pedagang yang menguasai pasar di kota
petani dan nelayan yang memasok kebutuhan hidupmu sehari-hari
menjadi napas buruh dan kuli
malih rupa semangat kala berhadapan dengan kezaliman rejim industri
yang mengadopsi hukum busuk dan usang
; penjajahan!

Sajakku,
sajak yang gampang kau bilang
takkan pernah busuk dan usang
meski kau hadang dari jaman ke jaman!


Solo, 2008

Sumber: Wathathitha (2018)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Busuk" karya Sosiawan Leak adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan sajak sebagai medium yang kuat dan menghendaki penghargaan yang lebih dari yang sebenarnya diberikan kepadanya. Puisi ini mencerminkan perlawanan dan keberanian dalam menghadapi pandangan negatif terhadap karya sastra, serta mengeksplorasi makna dan peran sajak dalam masyarakat.

Pemberontakan Melalui Kata: Puisi ini mengungkapkan pemberontakan dan keberanian melalui kata-kata. Penyair menolak pandangan bahwa sajaknya "busuk" atau "usang", dan justru menunjukkan betapa sajak memiliki daya tahan dan ketahanan terhadap perubahan zaman.

Sajak Sebagai Medium Berjiwa: Puisi ini menghidupkan sajak sebagai entitas yang memiliki jiwa dan kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan zaman. Ia menggambarkan sajak sebagai "pedagang," "petani," dan "nelayan," menunjukkan perannya yang meresap dalam berbagai aspek kehidupan.

Perlawanan Terhadap Penilaian Negatif: Puisi ini menghadapi penilaian negatif terhadap sajak dengan sikap tegas. Penyair menolak pandangan bahwa sajak adalah sesuatu yang "busuk" dan "usang," menunjukkan bahwa sajak memiliki daya hidup yang tak terbatas.

Tantangan Terhadap Kekuasaan: Puisi ini mengejek kezaliman rejim industri yang memanfaatkan hukum yang "busuk" dan "usang" untuk menekan karya sastra. Ini bisa diartikan sebagai kritik terhadap sistem yang mengabaikan nilai-nilai kreativitas dan keberanian dalam menyuarakan kebenaran.

Pemberdayaan Kata: Puisi ini menunjukkan kekuatan kata-kata dan makna yang terkandung di dalamnya. Meskipun dianggap "gampang" oleh beberapa orang, sajak tetap memiliki daya hidup dan daya tahan yang memungkinkannya tetap relevan dan berarti.

Puisi "Sajak Busuk" oleh Sosiawan Leak adalah penghormatan terhadap kekuatan dan relevansi sajak dalam masyarakat. Dalam bentuk perlawanan terhadap pandangan negatif dan penilaian dangkal terhadap sajak, penyair menunjukkan bahwa sajak memiliki jiwa yang kuat dan kemampuan untuk menghadapi tantangan zaman. Puisi ini juga memanggil untuk penghargaan yang lebih besar terhadap peran sajak dalam menyuarakan kebenaran dan menghadapi kezaliman.

Sosiawan Leak
Puisi: Sajak Busuk
Karya: Sosiawan Leak

Biodata Sosiawan Leak:
  • Sosiawan Leak (nama asli Sosiawan Budi Sulistyo) lahir pada tanggal 23 September 1967 di Kampung Somadilagan, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.