Puisi: Wajah Dunia yang Pertama (Karya W.S. Rendra)

Melalui penggabungan unsur-unsur alam, pernikahan, waktu, dan perjalanan kehidupan, W.S. Rendra menciptakan puisi yang mengajak pembaca merenung ...
Wajah Dunia yang Pertama

Ketika bulan pudar
ia bawa pengantinnya
ke atas bukit itu.
Keduanya telanjang.
Tak punya apa-apa.

Pada awal segalanya
alam pun telanjang
kosong, dan tanpa dusta.
Gelap bertatapan dengan sepi.

Dan sepi tenggelam
dalam waktu yang dalam.
Lalu datanglah cahaya,
kehidupan mahluk,
insan dan margasatwa.
Pada awal segalanya,
semua telanjang
kosong dan terbuka.

Kedua mempelai yang remaja itu
telah menempuh jalan yang jauh.
Melalui subuh penuh khayalan
dengan langit penuh harapan
dan sungai penuh hiburan
mereka pun memasuki siang bagai tungku
keringat mengucur ke kaki mereka.

Dan kaki mereka di atas bumi karang gersang.
Maka lalu datang malam
yang membawa mimpi
dan ranjang istirah
penuh merjan gemerlapan.
Mereka menengadahkan wajah.
Di langit bintang selaksa.
Bagai jumlah keturunan mereka.
Selaksa dan lagi selaksa.
Takkan tumpas selamanya.

Ketika bulan pudar
ia bawa pengantinnya
ke atas bukit itu
keduanya telanjang
wajah dunia yang pertama.

Sumber: Empat Kumpulan Sajak (1961)

Analisis Puisi:
Puisi "Wajah Dunia yang Pertama" karya W.S. Rendra menggambarkan perjalanan kehidupan manusia dengan metafora pernikahan dan pengantin baru. Dalam puisi ini, Rendra menciptakan gambaran keindahan dan makna kehidupan yang terbentang dari awal penciptaan hingga abad keabadian.

Metafora Pengantin dan Alam: Puisi ini dibuka dengan gambaran pengantin baru (bulan dan matahari) yang membawa romantisme dan kepolosan. Metafora ini menggambarkan awal mula segalanya, alam yang telanjang, kosong, dan tanpa dusta. Pengantin menjadi simbol keseimbangan dan kesatuan dalam penciptaan.

Penciptaan Alam dan Kejadian Awal: Pada awal segalanya, alam bersifat telanjang dan terbuka. Gelap dan sepi menjadi awal penciptaan yang murni dan tanpa cela. Puisi ini merujuk pada saat-saat prasejarah yang diwarnai oleh kepolosan dan keberadaan tanpa cacat.

Cahaya, Hidup, dan Keberlanjutan: Kemunculan cahaya melambangkan kehidupan yang hadir bersamaan dengan mahluk hidup dan makhluk hidup. Puisi ini menggambarkan perjalanan manusia dan makhluk di bumi, melalui siang dan malam, melalui masa produktif dan masa istirahat.

Subuh Penuh Khayalan: Subuh penuh khayalan mengindikasikan awal yang penuh harapan dan impian. Langit penuh harapan mencerminkan masa muda dan perjalanan awal kehidupan yang diisi dengan cita-cita dan aspirasi.

Malam dan Mimpi: Malam membawa mimpi dan ranjang istirah, menggambarkan fase kehidupan yang lebih dewasa dan refleksi atas apa yang telah dicapai. Ranjang istirah yang gemerlapan menciptakan citra kenikmatan dan kepuasan hidup.

Kaki di Bumi Karang Gersang: Metafora kaki di bumi karang gersang merujuk pada fase kehidupan yang keras dan penuh tantangan. Karang gersang menjadi simbol ujian dan rintangan dalam perjalanan hidup.

Wajah Dunia yang Pertama: Akhir puisi membawa pembaca pada pemahaman bahwa manusia adalah "wajah dunia yang pertama." Ini menunjukkan keabadian dan pengaruh manusia yang tetap ada dan takkan terhapuskan selamanya.

Melalui penggabungan unsur-unsur alam, pernikahan, waktu, dan perjalanan kehidupan, W.S. Rendra menciptakan puisi yang mengajak pembaca merenung tentang esensi kehidupan, keabadian, dan makna eksistensi manusia dalam alam semesta.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Wajah Dunia yang Pertama
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.