Puisi: Oktober Hitam (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Oktober Hitam" karya Taufiq Ismail menggambarkan suasana kegelapan dan kesedihan, di mana pengaruh politik dan sosial mempengaruhi ...
Oktober Hitam (1)


Atap-atap gunung
Dan daratan
Meratap

Ke mega gemulung
Mata yang duka
Menatap

Sepanjang pagi murung
Angin yang nestapa
Berdesah

Awan pun mendung 
Di musim pengap
Yang gelisah

Menitiklah gerimis
Karena berjuta
Telah menangis

Tujuh lelaki
Telah mati
Pagi itu


Oktober Hitam (2)

Kaki kami lamban menyongsongmu, Kenyataan
Begitu keras kau gedor-gedor pintu negeri kami
Yang terkantuk-kantuk dalam kefanaan panjang
Dan terendam mimpi demagogi

Cakar kekhianatan
Telah mencengkeram urat leher
Menebas jalan napas


Oktober Hitam (3)

Pohon-pohon cemara
Pohon asam
Pohon randu sepanjang jalan
Pohon pina di hutan-hutan
Pohon kamboja di pekuburan

Menundukkan
Daun-daunnya

Dan margasatwa
Kawanan unggas
Burung kepodang
Balam dan elang

Berbisik-bisik
Tiada henti
Menyebut nama-Mu


Oktober Hitam (4)

Darah Ade, anak perempuan mungil itu
Menetes sepanjang tongkat ayahnya
Yang bertelekan di kuburan
Menahan berat beban cobaan
Tapi tetap tegak bertahan

Sembilu telah mengiris
Langit
Menyayat-nyayat mega
Menurunkan gerimis
Semua berbisik
Tiada henti
Menyebut nama-Mu

Kami pun terjaga dalam Oktober yang hitam
Bangkit dari kabut ilusi
Tahun-tahun meleleh, tangan 'kan menegak keadilan
Dalam deram tak tertahan-tahan!


Oktober Hitam (5)

Awan pun jadi mendung
Di pagi musim yang pengap
Ketika arakan jenazah
Bergerak pelahan

Di atas kendaraan baja
Di bawah awan nestapa
Dipagar air mata
Kulihat pagi jadi mendung
Kulihat cuaca mengundang gerimis
Di negeri yang berkabung
Dalam duka mengiris

Fajar kelabu Fajar kelam
Pagi pembunuhan
Pagi yang hitam
Tujuh lelaki
Telah mati
Dikhianati.


1965

Sumber: Tirani dan Benteng (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Oktober Hitam" adalah sebuah puisi yang ditulis oleh Taufik Ismail di tahun 1965. Puisi ini bercerita tentang kekejaman PKI yang dialami oleh rakyat Indonesia. Puisi ini menggambarkan kesedihan atas korban yang tak terhitung jumlahnya. Diksi-diksi dalam puisi ini mengungkapkan rasa duka yang menyelimuti seluruh rakyat Indonesia. Puisi ini adalah sebuah ungkapan tentang kesedihan, kemarahan, dan takut yang dialami oleh rakyat Indonesia.

Penyair menggambarkan suasana kegelapan dan kesedihan, di mana pengaruh politik dan sosial mempengaruhi kehidupan masyarakat. Puisi ini terdiri dari lima bagian yang menggambarkan perasaan ketidakpastian, pengkhianatan, dan kehilangan. Mari kita melakukan analisis mendalam terhadap setiap bagian dari puisi ini untuk memahami pesan dan maknanya.

(1)

Bagian pertama puisi ini menciptakan gambaran tentang alam yang meratap dan mata yang duka. Atap-atap gunung dan daratan meratap, sementara mata yang duka menatap ke arah mega gemulung. Puisi ini menciptakan kesan kegelapan dan kehampaan dalam alam dan manusia. Bait terakhir dari bagian ini menyiratkan sebuah tragedi dengan menyebut bahwa tujuh lelaki telah mati pada pagi itu.

(2)

Bagian kedua puisi ini menggambarkan bahwa masyarakat lamban menyadari kenyataan yang keras. Mereka digambarkan seperti terbangun dari tidur panjang dan terjebak dalam mimpi demagogi. Bait ini menciptakan gambaran tentang pengkhianatan yang telah mencengkeram negeri dan mengganggu kehidupan masyarakat.

(3)

Bagian ketiga menggambarkan bahwa alam juga merasakan dampak dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. Pohon-pohon dan margasatwa di sekitar desa tampak menundukkan diri dan berbicara tentang Tuhan. Puisi ini menciptakan kesan bahwa alam adalah saksi bisu dari kejadian-kejadian yang terjadi dalam masyarakat.

(4)

Bagian keempat menggambarkan seorang anak perempuan, Ade, yang mengalirkan darahnya di atas kuburan ayahnya. Ini adalah gambaran yang sangat emosional dan penuh pengorbanan. Darah Ade menjadi simbol perjuangan dan keadilan, sementara gerimis yang turun menciptakan kesan sedih dan melankolis. Puisi ini menciptakan gambaran tentang perjuangan yang tidak pernah berhenti.

(5)

Bagian kelima dan terakhir menciptakan gambaran tentang sebuah prosesi pemakaman dengan cuaca yang mendung dan gerimis yang turun. Ini menciptakan suasana yang suram dan berkabung. Puisi ini menutup dengan menyebutkan bahwa tujuh lelaki telah mati dan dikhianati. Ini adalah bagian yang sangat menyentuh yang menciptakan kesan bahwa ada pengorbanan yang besar dalam perjuangan masyarakat.

Secara keseluruhan, "Oktober Hitam" adalah puisi yang gelap dan penuh emosi yang menggambarkan perjuangan dan penderitaan dalam sebuah konteks politik dan sosial. Taufiq Ismail menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam untuk menyampaikan pesan tentang ketidakpastian, pengkhianatan, dan kekuatan manusia dalam menghadapi tantangan. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya perjuangan dan keadilan dalam menghadapi situasi yang sulit.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Oktober Hitam
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.