Oktober Hitam
(1)
Atap-atap gunung
Dan daratan
Meratap
Ke mega gemulung
Mata yang duka
Menatap
Sepanjang pagi murung
Angin yang nestapa
Berdesah
Awan pun mendung Di musim pengap
Yang gelisah Menitiklah gerimis
Karena berjuta
Telah menangis
Tujuh lelaki
Telah mati Pagi itu
(2)
Kaki kami lamban menyongsongmu, Kenyataan
Begitu keras kau gedor-gedor pintu negeri kami
Yang terkantuk-kantuk dalam kefanaan panjang
Dan terendam mimpi demagogi
Cakar kekhianatan
Telah mencengkeram urat leher
Menebas jalan napas
(3)
Pohon-pohon cemara
Pohon asam
Pohon randu sepanjang jalan
Pohon pina di hutan-hutan
Pohon kamboja di pekuburan
Menundukkan
Daun-daunnya
Dan margasatwa
Kawanan unggas
Burung kepodang
Balam dan elang
Berbisik-bisik
Tiada henti
Menyebut nama-Mu.
(4)
Darah Ade, anak perempuan mungil itu
Menetes sepanjang tongkat ayahnya
Yang bertelekan di kuburan
Menahan berat beban cobaan
Tapi tetap tegak bertahan
Sembilu telah mengiris
Langit
Menyayat-nyayat mega
Menurunkan gerimis
Semua berbisik
Tiada henti
Menyebut nama-Mu
Kami pun terjaga dalam Oktober yang hitam
Bangkit dari kabut ilusi
Tahun-tahun meleleh, tangan 'kan menegak keadilan
Dalam deram tak tertahan-tahan!
(5)
Awan pun jadi mendung
Di pagi musim yang pengap
Ketika arakan jenazah
Bergerak pelahan
Di atas kendaraan baja
Di bawah awan nestapa
Dipagar air mata
Kulihat pagi jadi mendung
Kulihat cuaca mengundang gerimis
Di negeri yang berkabung
Dalam duka mengiris
Fajar kelabu Fajar kelam
Pagi pembunuhan
Pagi yang hitam
Tujuh lelaki
Telah mati
Dikhianati.
1965
Puisi: Oktober Hitam
Karya: Taufiq Ismail