Sumber: Gandari (2013)
Analisis Puisi:
Puisi "Gandari" karya Goenawan Mohamad menggambarkan momen-momen terakhir dalam kehidupan Gandari, istri Destarastra, di tengah-tengah perang Kurusetra. Puisi ini memperlihatkan pemandangan dan perasaan Gandari saat melihat dan merasakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada malam terakhir sebelum kematian suaminya dan kemenangan yang tercapai.
Setting dan Konteks: Puisi ini diatur dalam konteks epik Mahabharata, khususnya pada saat perang besar di Kurusetra. Puisi menggambarkan momen Gandari yang mendampingi suaminya, Destarastra, raja yang buta, dalam momen-momen terakhirnya.
Gambaran Alam dan Lingkungan:
- Penggambaran alam di sekitar Gandari menciptakan suasana malam yang mencekam dan dramatis. Alam seolah ikut merasakan kegelisahan dan ketegangan pada malam terakhir perang.
- Gambaran air dan danau memberikan nuansa ketidakpastian dan kesedihan, seperti yang terlihat dalam deskripsi tikus mati, papan pecah, dan ranting tua mengapung.
Penciptaan Suasana: Puisi memanfaatkan elemen-elemen alam seperti hujan, ombak, dan petir untuk menciptakan suasana dramatis dan misterius, merujuk pada pertanda-pertanda yang dianggap sebagai tanda kebesaran atau malapetaka.
Kematian dan Keheningan: Puisi merentangkan pemahaman akan kematian melalui gambaran Maut yang meloncat dan menari dengan mayat terpenggal di pelukannya. Simbolisme ini memberikan warna kepada momen-momen kritis dalam kehidupan dan kematian.
Peran Dewa dan Takdir: Peran dewa, seperti Brahma dan Kali, memberikan dimensi spiritual pada puisi ini. Mereka dianggap sebagai pemegang takdir dan penentu nasib, menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa besar ini diarahkan oleh kekuatan yang lebih tinggi.
Perjalanan Batin dan Emosi Gandari: Melalui penuturan puisi, kita dapat menyaksikan perjalanan batin Gandari, terutama ketika ia mencermati peristiwa-peristiwa di sekitarnya dan memikirkan arti dari tanda-tanda yang muncul.
Kesunyian dan Isolasi: Pada malam terakhir mereka, Gandari dan Destarastra terlihat berada dalam kesunyian dan isolasi. Mereka dikelilingi oleh perang, kehancuran, dan keheningan, menciptakan atmosfer kesendirian dan ketenangan yang tegang.
Pertanyaan Filosofis: Puisi memasukkan pertanyaan filosofis tentang apa yang lebih menyakitkan antara kekalahan dan kebencian. Hal ini mencerminkan kompleksitas batin karakter Gandari yang harus menghadapi kenyataan tragis.
Penutup dengan Gambaran Catur: Puisi ditutup dengan gambaran bidak-bidak catur yang bergerak, menciptakan simbolisme permainan kehidupan dan takdir yang tidak terhindarkan.
Puisi "Gandari" bukan hanya menggambarkan kejadian-kejadian fisik sebelum kematian Destarastra, tetapi juga merenungkan perasaan dan pemikiran yang mendalam. Puisi ini memadukan elemen alam, simbolisme, dan pertanyaan filosofis untuk menghasilkan karya yang kompleks dan penuh makna.
Puisi: Gandari
Karya: Goenawan Mohamad
Biodata Goenawan Mohamad:
- Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 Batang, Jawa Tengah.
- Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.