Puisi: Hanya Satu (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Hanya Satu" karya Amir Hamzah menggambarkan kompleksitas dan keindahan dalam perjalanan manusia menuju pemahaman yang lebih dalam tentang ...
Hanya Satu

Timbul niat dalam kalbumu;
terban hujan, ungkai badai
terendam karam
runtuh ripuk tamanmu rampak.

Manusia kecil lintang pukang
lari terbang jatuh duduk
air naik tetap terus
tumbang bungkar pokok purba.

Teriak riuh/redam terbelam
dalam gagap/gempita guruh
kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi.

Terapung naik jung bertudung
tempat berteduh Nuh kekasihmu
bebas lepas lelang lapang
di tengah gelisah, swara sentosa.
 
Bersemayam sempana di jemala gembala
juriat jelita bapaku Ibrahim
keturunan intan dua cahaya
pancaran putera berlainan bonda.

Kini kami bertikai pangkai
di antara dua, mana mutiara
jauhari ahli lalai menilai
lengah langsung melewat abad.

Aduh, kekasihku
padaku semua tiada berguna
hanya satu kutunggu hasrat
merasa dikau dekat rapat
serupa Musa di puncak Tursina.

Sumber: Nyanyi Sunyi (1937)

Analisis Puisi:
Puisi "Hanya Satu" karya Amir Hamzah adalah karya yang penuh dengan gambaran alam dan kekaguman terhadap kebesaran Tuhan.

Alam dan Keagungan Tuhan: Puisi ini penuh dengan gambaran alam yang megah dan luar biasa, seperti hujan, badai, dan kilau kilat. Ini menciptakan suasana yang dramatis dan penuh kebesaran alam semesta, sekaligus menunjukkan keagungan Tuhan sebagai pencipta alam.

Kontras Manusia dan Alam: Dalam puisi ini, manusia digambarkan sebagai makhluk kecil yang rentan dan rapuh di hadapan kebesaran alam. Mereka terjatuh, terdampar, dan terdampak oleh kekuatan alam yang mengagumkan.

Referensi Agama: Puisi ini menyisipkan referensi agama, seperti Nuh, Musa, dan Ibrahim, yang menambah dimensi religius dan spiritualitas. Referensi ini mengaitkan perjuangan manusia dengan cerita-cerita agama yang penuh dengan ujian dan kekuatan iman.

Pertentangan dalam Manusia: Ada pertentangan batin yang dalam yang digambarkan dalam puisi ini, terutama dalam baris "Kini kami bertikai pangkai / di antara dua, mana mutiara". Ini bisa diartikan sebagai pertentangan antara nilai-nilai dan keputusan yang harus diambil dalam kehidupan.

Hasrat dan Kekasih: Puisi ini mengekspresikan keinginan dan kebutuhan akan kehadiran kekasih, yang diharapkan dapat memberikan kedamaian dan ketenangan seperti Musa di puncak Tursina. Ini mencerminkan rindu akan kehadiran yang memberi makna dan arah dalam kehidupan.

Secara keseluruhan, puisi "Hanya Satu" adalah sebuah puisi yang memadukan keagungan alam, spiritualitas agama, dan pertentangan batin manusia. Melalui bahasa yang indah dan gambaran yang kuat, Amir Hamzah menggambarkan kompleksitas dan keindahan dalam perjalanan manusia menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan kehidupan.

Tengku Amir Hamzah
Puisi: Hanya Satu
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.