Analisis Puisi:
Puisi "Ballada Sumilah" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya sastra yang sarat dengan emosi, gambaran dramatis, dan penjelasan historis. Puisi ini mengisahkan kisah tragis dua tokoh, Sumilah dan Samijo, yang di dalamnya terselip pesan-pesan tentang perjuangan, dendam, dan tragedi.
Gambaran dan Emosi: Puisi ini menggambarkan adegan kekerasan, perang, dan dendam. Tubuh Sumilah yang terbujur di keranda menjadi lambang tragedi dan kematian. Namun, ada juga halusnya yang "putih pergi kembara", menggambarkan esensi roh yang meninggalkan tubuh. Emosi yang dihadirkan dalam puisi ini sangat kuat, dari kegundahan hingga kegeraman dan keputusasaan.
Konflik dan Dendam: Puisi ini menggambarkan konflik antara Sumilah dan Samijo. Sumilah memiliki perasaan dendam terhadap Samijo, dan dalam adegan pertemuan mereka, terjadi pertukaran kata-kata tajam. Ada nuansa kemarahan dan kebencian yang kuat di antara mereka, yang menciptakan ketegangan dan intensitas dalam puisi.
Gambaran Sejarah dan Perjuangan: Puisi ini membawa unsur sejarah dan perjuangan dalam konteks penjajahan Belanda. Terdapat referensi pada perang dan perlawanan melawan Belanda, dengan adegan pertempuran, pengorbanan, dan kesengsaraan. Hal ini menciptakan latar belakang sejarah yang memberikan kedalaman pada cerita dan menggambarkan semangat perlawanan.
Bahasa dan Imaji: Puisi ini menggunakan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat. Penggunaan imaji-imaji seperti "Tumpah darah lelaki", "kuntum-kuntum darah", dan "lemahnya mata baja" memberikan gambaran yang sangat visual dan mengundang pembaca untuk membayangkan adegan-adegan dramatis dalam puisi.
Ritme dan Bunyi: Puisi ini memiliki ritme yang kuat dan ritmis, memberikan dorongan emosional yang lebih besar pada narasi. Penggunaan repetisi kata "Samijo" di berbagai bagian puisi juga menciptakan efek yang menegaskan peran dan keberadaan tokoh tersebut.
Puisi "Ballada Sumilah" karya W.S. Rendra adalah sebuah puisi yang penuh dengan emosi dan gambaran dramatis. Melalui kisah Sumilah dan Samijo, puisi ini menyampaikan pesan tentang perjuangan, dendam, dan kegigihan dalam menghadapi tragedi. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, puisi ini menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat bagi pembaca.
Karya: W.S. Rendra
Biodata W.S. Rendra:
- W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
- W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.