Puisi: Kembang Melati (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Kembang Melati" karya Sanusi Pane menggambarkan perasaan cinta dan kerinduan yang mendalam, serta harapan akan kebahagiaan yang tak terelakkan.
Kembang Melati

Aku menyusun kembang melati
Di bawah bintang tengah malam,
Buat menunjukkan betapa dalam
Cinta kasih memasuki hati.

Aku tidur menantikan pagi
Dan mimpi dalam bah'gia
Duduk bersanding dengan Dia
Di atas pelaminan dari pelangi.

Aku bangun, tetapi mentari
Sudah tinggi di cakrawala
Dan pujaan sudah selesai.

O Jiwa, yang menanti hari,
Sudah Hari datang bernyala,
Engkau bermimpi, termenung lalai.

Sumber: Madah Kelana (1931)

Analisis Puisi:

Puisi "Kembang Melati" karya Sanusi Pane menggambarkan perasaan cinta dan kerinduan yang mendalam, serta harapan akan kebahagiaan yang tak terelakkan. Dengan penggunaan imaji yang indah, pengarang menghadirkan gambaran tentang keindahan cinta dan kegembiraan, namun juga melukiskan perasaan kekosongan dan penantian yang tidak terpenuhi.

Simbolisme Kembang Melati: Kembang melati dalam puisi ini mewakili keindahan dan kemurnian cinta. Melati sering dikaitkan dengan cinta yang tulus dan suci dalam budaya banyak masyarakat di Asia Tenggara. Dengan menyusun kembang melati di bawah bintang tengah malam, pengarang menciptakan gambaran suasana romantis dan penuh kelembutan.

Penantian dan Kerinduan: Pengarang menggambarkan penantian yang panjang dan kerinduan yang mendalam melalui ekspresi "Aku tidur menantikan pagi / Dan mimpi dalam bah'gia". Ini mencerminkan keinginan yang kuat untuk mencapai kebahagiaan dalam hubungan cinta, serta harapan yang tertanam dalam mimpi-mimpi.

Kegagalan dalam Pencarian Kebahagiaan: Namun, di bagian akhir puisi, pengarang menunjukkan bahwa harapan dan mimpi itu seringkali tak terwujud. Meskipun ada penantian dan persiapan untuk kebahagiaan, seperti yang diwakili oleh mentari yang tinggi di cakrawala dan pujaan yang sudah selesai, tetapi kegagalan dan kekecewaan terus mengintai, menggambarkan realitas yang pahit dalam upaya mencapai kebahagiaan yang diimpikan.

Kesimpulan yang Melankolis: Dengan memerankan suasana pagi yang telah berlalu dan impian yang sirna, puisi ini menyimpulkan dengan kesan yang melankolis. Pengarang menyarankan bahwa meskipun ada harapan dan impian untuk kebahagiaan, kadang-kadang kenyataan bisa jauh dari apa yang diharapkan, meninggalkan jiwa terdampar dalam mimpi dan kerinduan yang tak terwujud.

Puisi "Kembang Melati" adalah perjalanan emosional yang menggambarkan kerinduan, harapan, dan kegagalan dalam mencapai kebahagiaan dalam cinta. Melalui imaji yang indah dan lirik yang mendalam, Sanusi Pane menggambarkan kompleksitas perasaan manusia dan realitas pahit dari penantian yang tak terwujud.

Sanusi Pane
Puisi: Kembang Melati
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.