Puisi: Ulang Tahun (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Ulang Tahun" karya Joko Pinurbo menghadirkan narasi yang menggugah pemikiran tentang arti usia, perjalanan hidup, dan takdir.
Ulang Tahun


Hari ini saya ulang tahun. Usia saya genap 50.
Saya duduk membaca di bawah jendela,
matahari sedang mekar berbunga.
Seorang bocah muncul tiba-tiba,
memetik kembang uban di kepala saya.

Ya, hari ini saya ulang tahun ke-50.
Tahun besok saya akan ulang tahun ke-49.
Tahun lusa saya akan ulang tahun ke-48.
Sekian tahun lagi usia saya akan genap 17.
Kemudian saya akan mencapai usia 9 tahun.

Pada hari ulang tahun saya yang ke-9
saya diajak ayah mengamen berkeliling kota.
"Hari ini kita akan dapat duit banyak.
Ayah mau kasih kamu sepatu baru."

Karena kecapaian, saya diminta ayah
duduk menunggu di atas bangku
di samping tukang cukur kenalan ayah.
"Titip anakku, ya. Tolong jaga dia baik-baik.
Akan kujemput nanti sebelum magrib."

Sebelum magrib ia pun datang.
Tukang cukur sudah pulang. Anaknya hilang.

"Ibu tahu anak saya pergi ke mana?"
tanyanya kepada seorang perempuan penjaga warung.
"Dia pakai baju warna apa?"
"Dia pakai celana merah."
"Oh, dia dibawa kabur tukang cukur edan itu."

Sampai di rumah, ia lihat anaknya
sedang duduk membaca di bawah jendela.
Kepalanya gundul dan klimis,
rambutnya yang subur dicukur habis.
"Ayah pangling dengan saya?" bocah itu menyapa.

Lama ia terpana sampai lupa bahwa uang
yang didapatnya tak cukup buat beli sepatu.
Gitar tua yang dicintanya terlepas dari tangannya.
"Anakku, ya anakku, siapa yang menggunduli nasibmu?"


2011/2012

Sumber: Baju Bulan (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Ulang Tahun" karya Joko Pinurbo menyajikan narasi yang unik dan penuh ironi tentang perjalanan hidup dan makna usia. Dengan gaya bahasa yang khas, penyair menciptakan narasi yang menggelitik pemikiran dan menyampaikan pesan filosofis.

Ironi Usia dan Perjalanan Hidup: Puisi ini dibuka dengan pernyataan bahwa penyair merayakan ulang tahun ke-50, namun secara mendalam mengungkapkan ironi dan perasaan kontradiktif terkait usia. Pernyataan bahwa pada tahun berikutnya usianya akan menjadi 49, lalu 48, dan seterusnya, memberikan nuansa ironi terhadap konsep waktu dan perjalanan hidup.

Gambaran Matahari dan Kembang Uban: Penggambaran matahari yang mekar berbunga menciptakan citra kehidupan yang penuh warna dan keindahan. Namun, kehadiran seorang bocah yang memetik kembang uban di kepala penyair memberikan sentuhan lucu dan ironis, menciptakan gambaran tentang penerimaan terhadap penuaan.

Perjalanan Kembali ke Masa Kecil: Puisi ini melibatkan perjalanan kembali ke masa kecil penyair, terutama pada hari ulang tahun yang ke-9. Pada saat itu, ia diajak ayahnya mengamen di sekitar kota dengan harapan mendapatkan uang untuk membeli sepatu baru. Namun, kejadian yang terjadi selama perjalanan tersebut mengandung unsur dramatis dan tragis.

Peristiwa Dramatis dan Ironi Nasib: Penyair menggambarkan bahwa anaknya dibawa kabur oleh tukang cukur edan, dan setelah pencarian panik, ditemukan sedang duduk membaca di bawah jendela. Ironi nasib tergambar ketika, meskipun mendapatkan uang dari mengamen, uang tersebut tidak mencukupi untuk membeli sepatu baru, dan gitar tua kesayangannya dilepaskan.

Kritik terhadap Nasib dan Takdir: Puisi ini mengandung kritik terhadap nasib dan takdir. Pemilihan kata-kata seperti "gundul dan klimis" untuk menggambarkan kepala anaknya yang dicukur dan kehilangan rambut subur menunjukkan ironi nasib dan perubahan yang tidak terduga dalam hidup.

Pertanyaan Filosofis: Puisi ini ditutup dengan pertanyaan filosofis yang mencengangkan: "Anakku, ya anakku, siapa yang menggunduli nasibmu?" Pertanyaan ini menyoroti kompleksitas hidup dan pertanyaan akan takdir, pilihan, dan pengaruh orang lain dalam membentuk nasib seseorang.

Puisi "Ulang Tahun" karya Joko Pinurbo menghadirkan narasi yang menggugah pemikiran tentang arti usia, perjalanan hidup, dan takdir. Dengan sentuhan ironi, humor, dan filosofis, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang ironi dalam perjalanan hidup, kehilangan dan penemuan, serta kompleksitas nasib manusia. Gaya bahasanya yang khas dan pemilihan kata yang tepat memberikan kekuatan pada pesan yang ingin disampaikan.

Puisi Ulang Tahun
Puisi: Ulang Tahun
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.