Puisi: Tragedi Sebuah Strata (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Tragedi Sebuah Strata" karya Diah Hadaning mengingatkan kita akan dampak buruk tindakan manusia terhadap alam dan lingkungan.
Tragedi Sebuah Strata


Mereka menyerbu kota-kota
meluruk bagai gelombang hitam
dalam kibaran jubah warna kelam
membunuh suara-suara
membunuh nuansa-nuansa
membunuh benih-benih sedang dipilih.

Sungai-sungai penuh limbah dosa
pohon-pohon penuh ulat durhaka
tersisa jadi keangkeran hari ini
sebelum luluh dalam gemuruh
gelombang pasang selaksa kutukan
o, putuskan belenggu
dari karma nenek moyang.

Sebuah suara menguak kabut
adakah kita mendengarnya
di antara gemeretak api merata
di antara gemeretak hati meraja
adakah kita mendengarnya
selagi iblis mengancamkan linggis.


Jakarta, Desember 1985

Analisis Puisi:
Puisi "Tragedi Sebuah Strata" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang kuat dan berisi yang merenungkan tentang dampak destruktif manusia terhadap alam dan lingkungan mereka. Puisi ini mengandung berbagai elemen penting yang dapat diuraikan.

Konflik Manusia dan Alam: Puisi ini menggambarkan konflik antara manusia dan alam. Manusia digambarkan sebagai "mereka" yang menyerbu kota-kota dan memusnahkan berbagai aspek kehidupan alam, seperti suara-suara, nuansa-nuansa, dan benih-benih. Konflik ini mencerminkan bagaimana tindakan manusia sering kali merusak alam dan mengancam ekosistem yang ada.

Pencemaran Lingkungan: Puisi ini menggambarkan dampak pencemaran lingkungan, dengan menyebutkan sungai-sungai yang "penuh limbah dosa" dan pohon-pohon yang "penuh ulat durhaka." Hal ini mencerminkan perusakan lingkungan alam oleh manusia yang sering kali mengabaikan tanggung jawab mereka terhadap alam.

Kritik terhadap Tindakan Manusia: Puisi ini mengecam tindakan manusia yang merusak lingkungan mereka. Penulis menggunakan bahasa yang kuat dan menggambarkan tindakan tersebut sebagai pembunuhan terhadap alam. Ini adalah sebuah kritik terhadap ketidakpedulian manusia terhadap bumi tempat mereka tinggal.

Harapan akan Perubahan: Meskipun puisi ini menggambarkan tragedi dan destruksi, ia juga membawa pesan harapan. Ada harapan bahwa manusia dapat "memutuskan belenggu dari karma nenek moyang." Ini mengisyaratkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku mereka dan memperbaiki dampak negatif yang telah mereka timbulkan.

Simbolisme dan Metafora: Puisi ini menggunakan simbolisme dan metafora untuk menggambarkan kehancuran lingkungan. Contohnya adalah penggambaran sungai-sungai yang "penuh limbah dosa" yang dapat diartikan sebagai pencemaran air oleh limbah manusia. Penggunaan kata-kata seperti "gemeretak api merata" dan "gemeretak hati meraja" menciptakan gambaran visual tentang kerusakan yang terjadi.

Tantangan dalam Melawan Kebijakan Destructive: Puisi ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh mereka yang ingin melawan tindakan destruktif. Iblis yang mengancamkan linggis menciptakan gambaran tentang bagaimana kekuatan kepentingan dan kebijakan yang merusak dapat menjadi penghalang bagi upaya untuk melindungi lingkungan.

Dengan kata lain, "Tragedi Sebuah Strata" adalah sebuah puisi yang kuat yang mengingatkan kita akan dampak buruk tindakan manusia terhadap alam dan lingkungan. Puisi ini juga mendorong kita untuk memikirkan peran kita dalam melindungi bumi dan memperbaiki kerusakan yang telah kita timbulkan.

"Puisi: Tragedi Sebuah Strata (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Tragedi Sebuah Strata
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.