Puisi: Surat-Surat tentang Lapar (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Surat-Surat tentang Lapar" memperlihatkan kerentanan dan kekuatan manusia dalam menghadapi tantangan dan kehausan dalam kehidupan.
Surat-Surat tentang Lapar


untuk Atiek,
di Gunung Kidul.

Tandus kapur mengepung
Cinta pedih rembulan gunung
Kesetiaan penghuni malam-malam hari
Mendesak lapar dan erang sunyi

Dan membisu mati ini
Di punggung kapur tanah putih
Menangkis seribu musim paceklik
Menanti kembali setiap detik


untuk Mardi,
di kota kelahiran.

Di seluruh tanah, di seluruh kemarau
Bayangan tangan rebah menjangkau
Menghempas tinju ke sepi segala
Antara malam dan dengkur lupa

Dan tentang esok
Di pagi putih kemuning rontok
Kembali lagi senyum abadi
senyum yang lapar, yang bersendiri


untuk Don,
dan untuk Basuki.

Lapar berada di senja begini: yang berdalih
Dari segala jemari letih
Yang terangguk dalam gemetar malam buta
Yang tersisih jauh dari kata.

1961

Analisis Puisi:

Puisi "Surat-Surat tentang Lapar" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah karya yang mendalam yang menyajikan gambaran tentang kehidupan manusia yang diwarnai oleh lapar, baik secara fisik maupun emosional. Dalam puisi ini, Goenawan Mohamad mengeksplorasi tema lapar sebagai metafora dari kekosongan, kehausan akan arti, dan ketidakpuasan yang melanda manusia.

Metafora Lapar: Puisi ini menggunakan gambaran lapar sebagai metafora untuk menggambarkan keadaan emosional dan fisik manusia. Lapar tidak hanya mengacu pada kebutuhan akan makanan, tetapi juga pada kekosongan batin dan kehausan akan makna dalam kehidupan.

Variasi Tokoh dan Setting: Penyajian puisi dalam bentuk surat-surat kepada tokoh-tokoh seperti Atiek, Mardi, Don, dan Basuki memberikan dimensi yang beragam pada tema lapar. Setiap tokoh mewakili pengalaman dan perspektif yang berbeda terhadap lapar, sehingga memperkaya makna puisi secara keseluruhan.

Penderitaan dan Kehausan: Dalam setiap surat, tergambar penderitaan dan kehausan tokoh-tokoh tersebut terhadap berbagai aspek kehidupan. Mereka merasakan kesunyian, kekosongan, dan kelelahan yang mendalam dalam mencari makna dan kepuasan dalam hidup.

Simbolisme Alam: Goenawan Mohamad menggunakan gambaran alam, seperti Gunung Kidul dan pagi putih kemuning rontok, untuk menggambarkan kerinduan, ketidakpuasan, dan harapan akan perubahan. Alam dipandang sebagai cermin dari keadaan emosional manusia.

Refleksi tentang Kehidupan: Puisi ini memicu pembaca untuk merenungkan keadaan manusia dalam perjuangan mereka mencari arti hidup dan kepuasan. Dalam kegelapan dan ketidakpastian, manusia terus berjuang untuk menemukan cahaya dan pemenuhan.

Puisi "Surat-Surat tentang Lapar" adalah karya yang menggugah dan mendalam yang menggambarkan kehidupan manusia yang diwarnai oleh lapar, kekosongan, dan ketidakpuasan. Dengan menggunakan metafora dan gambaran alam yang kaya, Goenawan Mohamad berhasil menyampaikan pesan tentang pencarian makna dan pemenuhan dalam kehidupan manusia. Puisi ini memperlihatkan kerentanan dan kekuatan manusia dalam menghadapi tantangan dan kehausan dalam kehidupan.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Surat-Surat tentang Lapar
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.