Puisi: Syair Burung Unggas (Karya Hamzah al-Fansuri)

Puisi "Syair Burung Unggas" karya Hamzah al-Fansuri menggunakan gambaran burung unggas sebagai metafora untuk mengungkapkan pemahaman tentang ......
Syair Burung Unggas

Unggas itu yang amat burhana,
Daimnya nantiasa di dalam astana,
Tempatnya bermain di Bukit Tursina,
Majnun dan Laila adalah di sana.

Unggas itu bukannya nuri,
Berbunyi ia syahdu kala hari,
Bermain tamasya pada segala negeri,
Demikianlah murad insan sirri.

Unggas itu bukannya balam,
Nantiasa berbunyi siang dan malam,
Tempatnya bermain pada segala alam,
Di sanalah tamasya melihat ragam.

Unggas tahu berkata-kata,
Sarangnya di padang rata,
Tempat bermain pada segala anggota,
Ada yang bersalahan ada yang sekata.

Unggas itu terlalu indah,
Olehnya banyak ragam dan ulah,
Tempatnya bermain di dalam Ka'bah,
Pada Bukit Arafat kesudahan musyahadah.

Unggas itu bukannya meuraka,
Nantiasa bermain di dalam surga,
Kenyataan mukjizat tidur dan jaga,
Itulah wujud meliputi rangka.

Unggas itu terlalu pingai,
Nantiasa main dalam mahligai,
Rupanya elok sempurna bisai,
Menyamarkan diri pada sekalian sagai.

Unggas itu bukannya gagak,
Bunyinya terlalu sangat galak,
Tempatnya tamasya pada sekalian awak,
Itulah wujud menyatakan kehendak.

Unggas itu bukannya bayan,
Nantiasa berbunyi pada sekalian aiyan,
Tempatnya tamasya pada sekalian kawan,
Itulah wujud menyatakan kelakuan.

Unggas itu bukannya burung,
Nantiasa berbunyi di dalam tanglung,
Tempat tamasya pada sekalian lurung,
Itulah wujud menyatakan Tulung.

Unggas itu bukannya Baghdadi,
Nantiasa berbunyi di dalam jawadi,
Tempatnya tamasya pada sekalian fuadi,
Itulah wujud menyatakan ahli.

Unggas itu yang wiruh angkasamu,
Nantiasa asyik tiada kala jemu,
Menjadi dagang lagi ia jamu,
Ialah wujud menyatakan ilmu.

Thairul aryani unggas sulthani,
Bangsanya nurur-Rahmani,
Tasbihatal'lah subhani,
Gila dan mabuk akan Rabbani.

Unggas itu terlalu pingai,
Warnanya terlalu terlalu bisai,
Rumahnya tiada berbidai,
Dudujnya daim di balik tirai.

Putihnya terlalu suci,
Daulahnya itu bernama ruhi,
Milatnya terlalu sufi,
Mushafnya bersurat kufi.

Arasy Allah akan pangkalnya,
Janibul'lah akan tolannya,
Baitul'lah akan sangkarnya,
Menghadap Tuhan dengan sopannya.

Sufinya bukannya kain,
Fi Mekkah daim bermain,
Ilmunya lahir dan batin,
Menyembah Allah terlalu rajin.

Kitab Allah dipersandangkannya,
Ghaibul'lah akan pandangnya,
Alam Lahut akan kandangnya,
Pada ghairah Huwa tempat pandangnya.

Zikrul'lah kiri kanannya,
Fikrul'lah rupa bunyinya,
Syurbah tauhid akan minumnya,
Dalam bertemu dengan Tuhannya.


Analisis Puisi:
Puisi "Syair Burung Unggas" karya Hamzah al-Fansuri adalah karya sastra yang bernuansa mistis dan spiritual. Dalam puisi ini, penyair menggunakan gambaran burung unggas sebagai metafora untuk mengungkapkan pemahaman tentang tujuan hidup, hubungan dengan Tuhan, dan pencarian makna kehidupan.

Makna Mistis dan Spiritual: Puisi ini menampilkan nuansa mistis yang kuat, di mana burung unggas bukan sekadar burung, melainkan mengandung makna simbolis yang mendalam. Penyair menyampaikan pandangan tentang pencarian spiritual dan hubungan manusia dengan Tuhan melalui perumpamaan burung unggas.

Pencarian Kehidupan dan Tujuan: Puisi ini menunjukkan penggambaran burung unggas yang terlibat dalam aktivitas seperti bermain dan berbunyi. Aktivitas ini dapat diartikan sebagai pencarian makna dalam kehidupan. Burung unggas dalam puisi ini dapat dianggap sebagai simbol manusia yang mencari tujuan dan makna dalam perjalanan hidupnya.

Hubungan dengan Tuhan: Puisi ini menggambarkan burung unggas yang terlibat dalam tamasya dan bermain di tempat-tempat yang bersifat sakral seperti Ka'bah dan Bukit Arafat. Hal ini menggambarkan hubungan spiritual manusia dengan Tuhan, di mana manusia merenungkan makna keberadaan dan mencari dekatnya dengan Tuhan.

Makna Simbolis Burung Unggas: Burung unggas dalam puisi ini memiliki makna simbolis yang kompleks. Mereka melambangkan pencarian ilmu, kebijaksanaan, dan kesucian. Burung unggas juga digunakan sebagai simbol pemahaman yang mendalam tentang realitas yang tidak kasat mata dan hubungan antara alam semesta dan penciptanya.

Gaya Bahasa: Puisi ini menggunakan gaya bahasa simbolisme dan metafora untuk mengungkapkan konsep spiritual dan filsafat. Penyair menggunakan berbagai perumpamaan dan imaji untuk menggambarkan pemahaman kompleks tentang kehidupan dan makna di baliknya.

Unsur Keagamaan: Puisi ini memiliki unsur-unsur keagamaan yang kuat, seperti penggunaan istilah-istilah seperti Ka'bah, mushaf, dan zikrul'lah (mengingat Tuhan). Hal ini menunjukkan bahwa puisi ini berkaitan dengan pandangan keagamaan dan spiritual.

Makna Kelakuan dan Pencarian Ilmu: Puisi ini juga menggambarkan burung unggas yang memiliki berbagai perilaku dan aktivitas. Ini dapat diartikan sebagai simbol perjalanan pencarian ilmu dan pemahaman tentang realitas, di mana individu melakukan berbagai tindakan untuk mencapai pencerahan.

Puisi "Syair Burung Unggas" karya Hamzah al-Fansuri adalah karya sastra mistis yang mendalam dan sarat makna. Penggunaan burung unggas sebagai simbol membuka pintu untuk memahami konsep spiritual, pencarian tujuan hidup, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Melalui gaya bahasa simbolik dan metafora, penyair menyampaikan pesan yang mendalam tentang makna kehidupan dan eksplorasi spiritual.
  
Syair Burung Unggas
Puisi: Syair Burung Unggas
Karya: Hamzah al-Fansuri
© Sepenuhnya. All rights reserved.