Puisi: Hujan Turun Sepanjang Jalan (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Hujan Turun Sepanjang Jalan" karya Sapardi Djoko Damono merenungkan keindahan hujan dan merinci momen keheningan yang dihadirkannya.
Hujan Turun Sepanjang Jalan


hujan turun sepanjang jalan
hujan rinai waktu musim berdesik-desik pelan
kembali bernama sunyi
kita pandang: pohon-pohon di luar basah kembali

tak ada yang menolaknya. kita pun mengerti, tiba-tiba
atas pesan yang rahasia
tatkala angina basah tak ada bermuat debu
tatkala tak ada yang merasa diburu-buru


1967

Sumber: Horison (Februari, 1969)

Analisis Puisi:
Puisi "Hujan Turun Sepanjang Jalan" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya yang merenungkan keindahan hujan dan merinci momen keheningan yang dihadirkannya.

Keindahan Hujan: Puisi ini segera membawa pembaca ke suasana hujan yang indah. Kata-kata seperti "hujan rinai waktu" menciptakan citra keindahan tetesan air hujan yang merayap dengan pelan. Hujan bukan sekadar fenomena alam, tapi juga keajaiban yang disajikan dengan kata-kata yang penuh dengan nuansa.

Ritme Waktu yang Tertangkap: Melalui baris-baris yang terstruktur, penyair berhasil menangkap ritme waktu. "Musim berdesik-desik pelan" menciptakan sensasi perlahan dan kontemplatif, menggambarkan bahwa waktu berjalan seperti hujan yang turun dengan lembut.

Kepulangan Nama Sunyi: Ekspresi "kembali bernama sunyi" menciptakan kontras antara keindahan hujan dan sunyi yang datang bersamanya. Sunyi di sini bukanlah kesunyian yang menakutkan, melainkan momen ketenangan yang diberikan oleh hujan.

Pandangan terhadap Alam Basah: Penyair membawa pembaca pada pandangan pohon-pohon yang basah di luar. Ini menciptakan gambaran visual tentang alam yang berubah setelah hujan, menciptakan suasana yang lebih segar dan hidup.

Penerimaan dan Pemahaman: Kata-kata "tak ada yang menolaknya" menciptakan rasa penerimaan terhadap hujan. Ini menggambarkan bahwa hujan bukan hanya fenomena alam, tetapi juga bagian dari kehidupan yang harus diterima dan dipahami.

Pesan Rahasia dari Alam: Puisi menyiratkan pesan rahasia dari alam, di mana hujan menjadi media komunikasi antara alam dan manusia. Pesan ini bisa diartikan sebagai pemahaman yang lebih dalam tentang keberadaan dan kehidupan.

Hening di Tengah Angin Basah: Ungkapan "tatkala angina basah tak ada bermuat debu" menciptakan gambaran tentang keheningan di tengah hujan. Hening ini bukanlah keheningan biasa; melainkan momen di mana segala sesuatu menjadi bersih dan suci.

Pembacaan Simbolis: Puisi ini memberikan ruang bagi pembaca untuk membaca simbol-simbol yang terkandung di dalamnya. Hujan dapat diartikan sebagai pembaharuan, kehidupan yang terus berputar, atau bahkan sebagai penyucian.

Puisi "Hujan Turun Sepanjang Jalan" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan keindahan hujan dan makna yang dapat diambil dari momen tersebut. Dengan kata-kata yang indah dan reflektif, penyair memandu pembaca melalui perjalanan yang penuh keajaiban dari hujan yang turun sepanjang jalan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keindahan dalam kesederhanaan dan makna waktu yang terus berjalan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Hujan Turun Sepanjang Jalan
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.