Puisi: Kupahat Mayatku di Air (Karya Kriapur)

Puisi "Kupahat Mayatku di Air" bukan hanya sekadar puisi tentang kematian atau kehampaan, melainkan juga tentang proses pencarian, pembersihan, dan ..
Kupahat Mayatku di Air

Kupahat mayatku di air
namaku mengalir
pada batu dasar kali kuberi wajahku
pucat dan beku.

Di mana-mana ada tanah
ada darah
mataku berjalan di tengah-tengah
mencari mayatku sendiri
yang mengalir
namaku sampai di pantai
ombak membawa namaku
laut menyimpan namaku
semua ada di air.
 
Solo, 1981

Analisis Puisi:

Puisi "Kupahat Mayatku di Air" karya Kriapur adalah sebuah karya yang memadukan elemen-elemen alam dan refleksi spiritual untuk menggambarkan perjalanan dan pencarian identitas.

Metafora Mayat: Mayat dalam puisi ini bukanlah hanya representasi fisik seseorang yang telah meninggal, melainkan juga simbol dari kehampaan, kehilangan, atau perasaan terbuang. Tindakan 'mengupah mayat' menggambarkan upaya pencarian identitas atau pemahaman yang lebih dalam akan diri sendiri.

Air sebagai Simbolisme: Air dalam puisi ini memiliki banyak makna simbolis. Selain sebagai medium fisik di mana mayat mengalir, air juga melambangkan kehidupan, transformasi, dan pembersihan. Ketika nama dan identitas seseorang mengalir di air, hal itu mungkin mencerminkan perasaan hilangnya identitas atau perubahan yang mendalam dalam kehidupan seseorang.

Motif Pencarian: Puisi ini mencerminkan motif pencarian yang kuat. Penyair menggambarkan pencarian yang meluas, dari sungai hingga ke laut, mencari identitas yang hilang atau tersembunyi di dalam diri. Pencarian tersebut juga bisa diartikan sebagai upaya untuk memahami makna hidup atau menemukan kedamaian batin.

Gelombang Emosi: Teks ini merujuk pada gelombang emosi yang kompleks. Ada nuansa kehampaan, kesedihan, dan juga pengetahuan yang mendalam. Penyair menyelami kedalaman emosi manusia, bahkan sampai ke titik yang gelap dan tidak nyaman.

Kesimpulan Reflektif: Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, pencarian identitas, dan hubungan dengan alam. Dengan metafora yang kuat dan bahasa yang sederhana namun kaya makna, penyair berhasil menciptakan gambaran yang mendalam dan memikat tentang perjalanan manusia.

Puisi "Kupahat Mayatku di Air" bukan hanya sekadar puisi tentang kematian atau kehampaan, melainkan juga tentang proses pencarian, pembersihan, dan pemahaman diri. Puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual yang mendasar dan menciptakan ruang bagi refleksi pribadi dan universal tentang eksistensi manusia.

Puisi: Kupahat Mayatku di Air
Puisi: Kupahat Mayatku di Air
Karya: Kriapur

Biodata Kriapur:
  • Kriapur (akronim dari Kristianto Agus Purnomo) lahir pada tahun 1959 di Solo.
  • Kriapur meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1987 dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Batang, Pekalongan, Jawa tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.