Puisi: Catatan (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Catatan" karya Wiji Thukul adalah kritik keras terhadap penguasa yang sewenang-wenang dan sistem yang merampas hak-hak individu.
Catatan


gerimis menderas tengah malam ini
dingin dari telapak kaki hingga ke sendi-sendi
dalam sunyi hati menggigit lagi
ingat
saat pergi
dan pipi kiri kananmu
kucium
tak sempat mencium anak-anak
khawatir
membangunkan tidurnya (terlalu nyenyak)
bertanya apa mereka saat terjaga
aku tak ada (seminggu sesudah itu
sebulan sesudah itu
dan ternyata lebih panjang dari yang kalian harapkan!)
dada mengepal perasaan
waktu itu
cuma terbisik beberapa patah kata
di depan pintu
kau lepas aku
meski matamu tak terima
karena waktu sempit
aku harus gesit

genap ½ tahun aku pergi
aku masih bisa merasakan
bergegasnya pukulan jantung
dan langkahku
karena penguasa fasis
yang gelap mata

aku pasti pulang
mungkin tengah malam dini
mungkin subuh hari
pasti
dan mungkin
tapi jangan
kau tunggu

aku pasti pulang dan pasti pergi lagi
karena hak
telah dikoyak-koyak
tidak di kampus
tidak di pabrik
tidak di pengadilan
bahkan rumah pun
mereka masuki
muka kita sudah diinjaki

kalau kelak anak-anak bertanya mengapa
dan aku jarang pulang
katakan
ayahmu tak ingin jadi pahlawan
tapi dipaksa menjadi penjahat
oleh penguasa
yang sewenang-wenang

kalau mereka bertanya
"apa yang dicari?"
jawab dan katakan
dia pergi untuk merampok
haknya
yang dirampas dan dicuri

15 Januari 1997

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Catatan" karya Wiji Thukul adalah suatu pengamatan mendalam terhadap pengalaman seorang individu yang telah terpisah dari keluarga dan kehidupan normalnya karena perjuangan politik dan pemberontakan terhadap penguasa yang sewenang-wenang. Puisi ini mengungkapkan perasaan penindasan, pengorbanan, dan ketidakpastian yang dialami oleh individu tersebut dalam konteks keadaan politik yang sulit.

Pengorbanan dan Ketidakpastian: Puisi ini membuka dengan deskripsi suasana malam yang dingin dan hujan yang menderas. Ini menciptakan suasana melankolis dan merenungkan yang cocok dengan perasaan ketidakpastian yang dialami oleh penyair. Pengorbanan yang dilakukan oleh penyair untuk perjuangan politik diceritakan sebagai jauh lebih lama dari yang diharapkan, mengilustrasikan perasaan kesepian dan kesulitan.

Kehadiran Keluarga: Pengingatan akan keluarga menjadi elemen yang kuat dalam puisi ini. Penyair merindukan dan ingat akan saat-saat bersama keluarga, mencium pipi anak-anaknya sebelum pergi, dan merasakan kesulitan dalam menjaga kontak dengan mereka. Ini menyoroti harga yang harus dibayar oleh individu yang berjuang untuk kebebasan, baik dalam hal pemisahan fisik maupun emosional.

Ketidaksetiaan Pemerintah: Puisi ini menggambarkan ketidaksetiaan dan kezaliman pemerintah yang sewenang-wenang. Penguasa fasis yang "gelap mata" mewakili otoritas yang tidak peduli terhadap hak-hak dan kesejahteraan rakyat, yang memaksa individu untuk berjuang dan pergi dalam perlawanan.

Pemberontakan dan Perjuangan: 
Puisi ini mengekspresikan semangat perjuangan dan ketekunan dalam wajah penguasa yang sewenang-wenang. Penyair menegaskan bahwa meskipun hak telah "dikoyak-koyak," dia tetap berusaha meraihnya kembali. Penggunaan kata "merampok haknya" mengindikasikan perjuangan keras untuk mendapatkan kembali apa yang telah dirampas oleh otoritas yang tidak adil.

Penolakan Pahlawanisme: Puisi ini menolak konsep tradisional pahlawanisme dengan mengungkapkan bahwa penyair tidak ingin menjadi pahlawan. Sebaliknya, penyair ingin menjalani hidupnya secara normal dan damai, tetapi keadaan politik dan penindasan telah memaksanya untuk terlibat dalam perjuangan.

Puisi "Catatan" karya Wiji Thukul adalah kritik keras terhadap penguasa yang sewenang-wenang dan sistem yang merampas hak-hak individu. Puisi ini menyuarakan perasaan perjuangan, kesepian, dan ketidaksetiaan yang dialami oleh individu yang berjuang untuk kebebasan dan keadilan. Melalui kata-kata yang kuat, Wiji Thukul berhasil menggambarkan gambaran pahit tentang kehidupan yang terjebak dalam konteks politik yang tidak adil.

Puisi: Catatan
Puisi: Catatan
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.