Puisi: Nyanyian Akar Rumput (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Nyanyian Akar Rumput" karya Wiji Thukul mengungkapkan perjuangan dan keinginan masyarakat kecil untuk memiliki tempat tinggal yang layak.
Nyanyian Akar Rumput


Jalan raya dilebarkan
kami terusir
mendirikan kampung
digusur
kami pindah-pindah
menempel di tembok-tembok
dicabut
terbuang

Kami rumput
butuh tanah
dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!

Juli, 1988

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Akar Rumput" karya Wiji Thukul adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjuangan dan keprihatinan masyarakat kecil yang terusir dari tempat tinggal mereka akibat pembangunan dan pengembangan infrastruktur. Puisi ini mengungkapkan kerinduan mereka akan hak mereka atas tanah dan tempat tinggal yang layak.

Pembentukan Gambaran: Puisi ini menggambarkan situasi di mana jalan raya sedang dilebarkan, yang mengakibatkan masyarakat di kampung atau permukiman tertentu terusir dari tempat tinggal mereka. Dalam proses ini, mereka terpaksa mendirikan kampung sementara di tempat-tempat yang tidak layak, seperti tembok-tembok.

Ketidakpastian Tempat Tinggal: Ketidakpastian tempat tinggal menjadi tema sentral puisi ini. Masyarakat yang terusir harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, mencari tempat yang aman dan layak untuk hidup. Ketidakpastian ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan kecemasan dalam hidup mereka.

Identifikasi dengan Rumput: Metafora "Kami rumput" dalam puisi ini mengandung makna yang lebih dalam. Rumput sering kali menjadi simbol ketahanan dan kelangsungan hidup yang kuat. Dengan mengidentifikasi diri sebagai rumput, masyarakat kecil mengungkapkan semangat perjuangan dan ketahanan mereka dalam menghadapi perubahan dan kesulitan.

Tuntutan akan Hak Tanah: Dalam akhir puisi, terdapat seruan "butuh tanah". Ini menggambarkan tuntutan masyarakat akan hak mereka atas tanah, tempat tinggal yang layak, dan kehidupan yang lebih baik. Puisi ini mencoba menyoroti bahwa masyarakat kecil memiliki keinginan yang sederhana dan alami: memiliki tempat di mana mereka bisa hidup dengan aman dan damai.

Panggilan untuk Bersatu dan Berjuang: Puisi ini juga mengandung panggilan untuk bersatu dan berjuang bersama. Seruan "Ayo gabung ke kami" mengajak semua orang yang merasakan penderitaan serupa untuk bersatu dalam perjuangan mereka. Puisi ini juga menyampaikan pesan bahwa bersatu dalam perjuangan bisa menjadi suatu bentuk protes yang kuat dan dapat memberikan dampak yang signifikan.

Puisi "Nyanyian Akar Rumput" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya yang mengungkapkan perjuangan dan keinginan masyarakat kecil untuk memiliki tempat tinggal yang layak. Melalui gambaran yang kuat dan metafora yang tajam, puisi ini menggambarkan kondisi sosial yang memaksa masyarakat kecil untuk terus bergerak demi mencari tempat tinggal. Puisi ini juga mengajak untuk bersatu dalam perjuangan untuk hak-hak dasar yang layak.

Wiji Thukul
Puisi: Nyanyian Akar Rumput
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.