Puisi: Darman (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Darman" karya Wiji Thukul menggambarkan penderitaan dan perjuangan seorang lelaki bernama Darman dalam menghadapi kerasnya hidup di kota.
Darman


Desa yang tandus ditinggalkannya
kota yang ganas mendupak nasibnya
tetapi dia lelaki perkasa
kota keras
hatinya pun karang
bergulat siang malam
Darman kini lelaki perkasa
masa remaja belum habis direguknya
Tukini setia telanjur jadi bininya
kini Darman digantungi lima nyawa
Darman yang perkasa
kota yang culas tidak akan melampus hidupnya
tetapi kepada tangis anak-anaknya
tidak bisa menulikan telinga
lelaki, ya Darman kini adalah lelaki perkasa
ketika ia dijebloskan ke dalam penjara
Tukini setia menangisi keperkasaannya

Ya merataplah Tukini
di dalam rumah yang belum lunas sewanya
di amben bambu wanita itu tersedu
sulungnya terbaring diserang kolera

Tukini yang hamil buncit perutnya
nyawa di kandungan anak kelima.

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Darman" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan penderitaan dan perjuangan seorang lelaki bernama Darman dalam menghadapi kerasnya hidup di kota. Puisi ini menyoroti ketabahan, cinta, dan pengorbanan Darman serta menggambarkan perasaan pilu dari Tukini, istri Darman, yang menghadapi situasi yang sulit.

Penderitaan dan Ketabahan: Puisi ini memulai dengan menggambarkan Darman sebagai seorang lelaki yang meninggalkan desa tandus untuk mencari hidup di kota yang keras dan tak ramah. Meskipun menghadapi nasib yang tidak menguntungkan, Darman tetap diceritakan sebagai "lelaki perkasa" yang bergulat siang malam dengan kondisi sulit di kota.

Kontras Kekerasan dan Kebaikan Hati: "Kota yang ganas mendupak nasibnya" menggambarkan kejamnya kehidupan di kota yang keras, tetapi "hatinya pun karang" menunjukkan sifat kebaikan hati dan ketabahan Darman di tengah kondisi yang sulit. Ia berjuang keras meski dunia tidak menghargai usahanya.

Pengorbanan dan Tanggung Jawab Keluarga: Ketika Darman menjadi suami dari Tukini, ia menggantungi "lima nyawa." Ini menggambarkan tanggung jawab Darman sebagai kepala keluarga yang harus memberikan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan untuk istrinya dan anak-anaknya. Puisi ini mencerminkan pengorbanan yang dihadapi oleh Darman dalam menjalankan peran ini.

Kontras Antara Kekuatan dan Kelemahan: Puisi ini menunjukkan kontras antara gambaran kekuatan fisik Darman ("Darman yang perkasa") dengan kerentanannya di hadapan perasaan dan penderitaan ("tetapi kepada tangis anak-anaknya tidak bisa menulikan telinga"). Ini menggambarkan lapisan emosional dalam diri Darman yang tidak dapat diabaikan, meski ia mencoba mempertahankan rasa kekuatan dan ketabahannya.

Kesetiaan dan Keberanian Tukini: Puisi ini juga menggambarkan kesetiaan Tukini, istri Darman, yang tetap setia meski hidup dalam keadaan sulit. "Tukini setia menangisi keperkasaannya" menciptakan gambaran seorang istri yang penuh dengan cinta dan perhatian terhadap suaminya, walaupun ia sendiri juga menghadapi penderitaan.

Penderitaan Keluarga yang Diperparah: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran penderitaan yang melibatkan Tukini dan anak-anaknya. Kondisi keluarga yang hidup dalam kemiskinan dan penyakit tampak melukai perasaan pembaca, menunjukkan betapa sulitnya hidup mereka.

Puisi "Darman" karya Wiji Thukul adalah potret penuh empati tentang penderitaan, ketabahan, dan pengorbanan seorang lelaki bernama Darman dalam menghadapi kota yang keras dan sulit. Puisi ini juga mencerminkan kesetiaan dan cinta istri Darman, Tukini. Melalui penggambaran karakter dan perasaan yang kuat, Wiji Thukul berhasil menghadirkan narasi tentang perjuangan dan keprihatinan dalam kehidupan kota yang penuh tantangan.

Wiji Thukul
Puisi: Darman
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.