Puisi: Kota Ini Milik Kalian (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Kota Ini Milik Kalian" oleh Wiji Thukul menggambarkan pengalaman hidup yang penuh dengan ketidaksetaraan sosial dan ketidakadilan di dalam ....
Kota Ini Milik Kalian


Di belakang gedung-gedung tinggi
kalian boleh tinggal
kalian bebas tidur di mana-mana kapan saja
kalian bebas bangun sewaktu kalian mau
jika kedinginan karena gerimis atau hujan
kalian bisa mencari hangat
di sana ada restoran
kalian bisa tidur dekat kompor penggorengan
bakmi ayam dan babi
denting garpu dan sepatu mengkilap
di samping sedan-sedan dan mobil-mobil bikinan asli jepang

Kalian bisa mandi kapan saja
sungai itu milik kalian
kalian bisa cuci badan dengan limbah-limbah industri

Apa belum cukup terang benderang itu
lampu merkuri taman
apa belum cukup nyaman tidur di bawah langit kawan
kota ini milik kalian
kecuali gedung-gedung tembok pagar besi itu; jangan!


Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Kota Ini Milik Kalian" oleh Wiji Thukul menggambarkan pengalaman hidup yang penuh dengan ketidaksetaraan sosial dan ketidakadilan di dalam kota besar. Puisi ini menciptakan gambaran kontras antara kekayaan dan kemewahan kota dengan kondisi penuh penderitaan yang dialami oleh sebagian besar penduduknya.

Gambaran Kontras Kota: Puisi ini memulai dengan gambaran kontras antara gedung-gedung tinggi yang mewah dan lingkungan tempat beberapa orang tinggal. Ada jelasnya pembagian kelas dan kesenjangan antara para penghuni gedung tinggi yang kaya dan mereka yang hidup di latar belakang, mencari tempat berteduh dan tidur.

Kebebasan yang Terbatas: "Waktu kalian mau" menyoroti ironi di balik kata "bebas." Meskipun penghuni bangunan tinggi memiliki kebebasan untuk tidur dan bangun kapan saja, kebebasan ini tetaplah terbatas oleh ketidaksetaraan dan ketidakadilan.

Konsumsi dan Kekontrasan: Restoran dan kedai makanan menjadi simbol kontras antara gaya hidup mewah dan kenyataan penderitaan. Gambaran orang tidur dekat kompor penggorengan menciptakan kontras yang kuat antara dua dunia yang bertabrakan: mereka yang menikmati hidangan mewah dan mereka yang mencari tempat tidur dan kehangatan.

Eksploitasi Lingkungan dan Kehidupan: "Mandi dengan limbah-limbah industri" menggambarkan eksploitasi lingkungan yang mengorbankan kesehatan dan kenyamanan manusia. Penggunaan sungai sebagai tempat mandi dengan limbah-limbah industri menyoroti ketidakpedulian terhadap kebutuhan manusia dan dampak negatif terhadap lingkungan.

Penguasaan dan Kepemilikan: "Apa belum cukup terang benderang itu, lampu merkuri taman, apa belum cukup nyaman tidur di bawah langit kawan, kota ini milik kalian" adalah pernyataan ironis. Lampu-lampu taman dan nyaman tidur di bawah langit dicerahkan oleh gambaran kepemilikan yang tidak sejalan dengan realitas.

Kesimpulan dengan Larangan: "Pengecualian gedung-gedung tembok pagar besi itu; jangan!" mengakhiri puisi dengan pernyataan larangan terhadap gedung-gedung mewah. Puisi ini menegaskan ketidaksetaraan sosial dan kebijakan yang mendukung pemisahan antara kelas sosial.

Puisi "Kota Ini Milik Kalian" menghadirkan pemandangan kehidupan kota yang mewah dan penuh kontras dengan kenyataan kehidupan sebagian besar penduduknya. Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang ketidakadilan sosial, ketidaksetaraan, dan eksploitasi. Wiji Thukul menggambarkan kota bukan sebagai tempat kesetaraan dan kemakmuran bersama, tetapi sebagai tempat di mana ada yang memiliki segalanya sementara yang lain hidup dalam penderitaan dan keterbatasan.

Wiji Thukul
Puisi: Kota Ini Milik Kalian
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.