Puisi: Ucapkan Kata-Katamu (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Ucapkan Kata-Katamu" karya Wiji Thukul menggambarkan pentingnya kebebasan berbicara dan dampak dari penahanan kata-kata dalam masyarakat.
Ucapkan Kata-Katamu


Jika kau tak sanggup lagi bertanya
kau akan ditenggelamkan keputusan-keputusan

Jika kau tahan kata-katamu
mulutmu tak bisa mengucapkan apa maumu
terampas

Kau akan diperlakukan seperti batu
dibuang dipungut
atau dicabut seperti rumput

Atau menganga
diisi apa saja menerima
tak bisa ambil bagian

Jika kau tak berani lagi bertanya
kita akan jadi korban keputusan-keputusan
jangan kau penjarakan ucapanmu

Jika kau menghamba kepada ketakutan
kita memperpanjang barisan perbudakan

Kemasan-kentingan-sorogenen.


Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Ucapkan Kata-Katamu" karya Wiji Thukul mengangkat tema kebebasan berbicara, penindasan, dan ketakutan dalam masyarakat.

Penindasan Terhadap Kebebasan Berbicara: Puisi ini menggambarkan ancaman terhadap kebebasan berbicara. Penyair menyatakan bahwa jika seseorang tak sanggup lagi bertanya atau menahan kata-katanya, maka keputusan-keputusan akan mengendalikan mereka. Hal ini menciptakan gambaran tentang masyarakat yang mungkin mengalami penindasan terhadap hak mereka untuk mengemukakan pendapat atau pertanyaan.

Konsekuensi Penahanan Kata-Kata: Penyair menggambarkan konsekuensi dari penahanan kata-kata, yaitu bahwa mulut seseorang tak akan bisa mengucapkan apa yang mereka inginkan. Ini mengilustrasikan betapa pentingnya berbicara dan mengemukakan pendapat dalam masyarakat yang demokratis.

Pembandingan dengan Benda Mati: Puisi ini menciptakan perbandingan antara seseorang yang tak berani berbicara dengan benda mati seperti batu atau rumput. Ini menciptakan gambaran tentang betapa rendahnya posisi seseorang dalam masyarakat jika mereka kehilangan kemampuan untuk berbicara dan berpartisipasi.

Ancaman Terhadap Kebebasan Individu: Puisi ini menyuarakan ancaman terhadap kebebasan individu jika mereka tak berani bertanya atau takut untuk berbicara. Ketakutan dan penindasan bisa memperpanjang barisan perbudakan atau pemiskinan dalam masyarakat.

Penolakan terhadap Kemasan dan Sorogenen: Puisi ini diakhiri dengan kata "Kemasan-kentingan-sorogenen." Ini mungkin adalah penolakan terhadap upaya-upaya untuk menyembunyikan kebenaran atau membingungkan masyarakat dengan kemasan atau propaganda yang tidak jujur.

Puisi "Ucapkan Kata-Katamu" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan pentingnya kebebasan berbicara dan dampak dari penahanan kata-kata dalam masyarakat. Thukul menggunakan gambaran ini untuk menyuarakan keprihatinannya terhadap potensi penindasan dan penakutan dalam masyarakat yang dapat menghambat pertanyaan dan pendapat. Puisi ini juga menekankan pentingnya melawan ketakutan dan penindasan untuk menjaga kebebasan individu dan masyarakat yang lebih besar.

Wiji Thukul
Puisi: Ucapkan Kata-Katamu
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.