Puisi: Lelaki yang Luka (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Lelaki yang Luka" membangkitkan perasaan empati dan refleksi tentang penderitaan, kesendirian, dan pertanyaan-pertanyaan eksistensial.
Lelaki yang Luka

Lelaki yang luka
biarkan ia pergi, Mama!
Akan disatukan dirinya
dengan angin gunung.
Sempoyongan tubuh kerbau
menyobek perut sepi.
Dan wajah para bunda
Bagai bulan redup putih.

Ajal! Ajal!
Betapa pulas tidurnya
di relung pengap dalam!
Siapa akan diserunya?
Siapa leluhurnya?
Lelaki yang luka
melekat di punggung kuda.

Tiada sumur bagai lukanya.
Tiada dalam bagai pedihnya.
Dan asap belerang
menyapu kedua mata.
Betapa kan dikenalnya bulan?

Betapa kan bisa menyusu dari awan?
Lelaki yang luka
tiada tahu kata dan bunga.

Pergilah lelaki yang luka
tiada berarah, anak dari angin.
Tiada tahu siapa dirinya
didaki segala gunung tua.
Siapa kan beri akhir padanya?
Menapak kaki-kaki kuda
menapak atas dada-dada bunda.

Lelaki yang luka
biarkan ia pergi, Mama!
Meratap di tempat-tempat sepi.
Dan di dada:
betapa parahnya.

Sumber: Kisah (September, 1955)

Analisis Puisi:

Puisi "Lelaki yang Luka" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang menggambarkan penderitaan dan kesendirian seorang lelaki yang terluka secara fisik dan emosional.

Penyiksaan dan Kesakitan: Puisi ini menggambarkan kesakitan dan penderitaan yang mendalam yang dialami oleh seorang lelaki yang terluka. Gambaran tentang tubuh yang sempoyongan dan perut yang terbelah menciptakan citra kehancuran dan penyiksaan yang sangat kuat.

Kesendirian dan Kehilangan: Lelaki yang terluka digambarkan sebagai individu yang terpisah dari lingkungannya, meratap di tempat-tempat sepi. Ia merasa kehilangan dan terasing, tanpa arah dan tanpa pengertian akan jati dirinya. Kesendirian yang mendalam menciptakan suasana yang melankolis dalam puisi ini.

Pertanyaan Eksistensial: Penyair menghadirkan pertanyaan eksistensial tentang siapa sebenarnya lelaki yang terluka ini dan apa tujuan hidupnya. Pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan kebingungan dan kekosongan yang dirasakan oleh individu dalam menghadapi penderitaan dan ketidakpastian hidup.

Simbolisme Alam: Ada penggunaan simbolisme alam yang kuat dalam puisi ini, seperti angin gunung, bulan, dan gunung tua, yang menciptakan atmosfer yang dramatis dan menggambarkan perjalanan spiritual dan fisik sang lelaki.

Kesimpulan Melankolis: Puisi ini berakhir dengan kesan yang melankolis dan penuh dengan rasa sakit. Meskipun ada keputusasaan dan kesakitan, masih terdapat keindahan dalam penggambaran yang gelap dan suram yang diberikan oleh W.S. Rendra.

Puisi "Lelaki yang Luka" adalah sebuah puisi yang membangkitkan perasaan empati dan refleksi tentang penderitaan, kesendirian, dan pertanyaan-pertanyaan eksistensial. W.S. Rendra menghadirkan gambaran yang kuat dan mendalam tentang perjuangan manusia dalam menghadapi kehidupan dan kesakitan yang tak terhindarkan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Lelaki yang Luka
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.