Puisi: Di Meja Makan (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Di Meja Makan" karya W.S. Rendra mengekspresikan kehidupan manusia yang penuh dengan kepedihan, kehilangan, dan kekecewaan dalam hubungan.
Di Meja Makan


Ia makan nasi dan isi hati
pada mulut terkunyah duka
tatapan matanya pada lain sisi meja
lelaki muda yang dirasa
tidak lagi dimilikinya.

Ruang diributi jerit dada
sambal tomat pada mata
meleleh air racun dosa.

Dipeluknya duka erat-erat
dikurung pada bisu mulut
dan mata pijar warna kesumba.

Lelaki depannya mengisar hati
- sudah lama.

Terungkap rahasia diperam rasa
terkunci pintu hati, hilang
kuncinya - sudah lama.

Ia makan nasi dan isi hati
pada mulut terkunyah duka
memisah sudah sebagian nyawanya
di hati ia duduk atas keranda.

Lalu ditutup matanya gabak
gambaran yang digenggam olehnya:
lelaki itu terhantar di lantai kamar
pisau tertancap pada punggungnya.


Sumber: Ballada Orang-Orang Tercinta (1957)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Meja Makan" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran kehidupan manusia yang penuh dengan kepedihan, kehilangan, dan pengkhianatan. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan konflik antara hubungan manusiawi, kehilangan, dan kesedihan yang mendalam.

Metafora Makna Makanan: Penyair menggunakan gambaran makanan, seperti "makan nasi dan isi hati", untuk menyampaikan pengalaman manusia dalam menghadapi kesedihan dan kekecewaan. Makanan di sini bukan hanya fisik, melainkan juga metafora untuk mengekspresikan proses menelan kepedihan, kehilangan, dan kekecewaan secara harfiah.

Hubungan yang Terabaikan: Puisi ini menunjukkan perasaan kehilangan hubungan antara dua individu di meja makan. Kehadiran lelaki muda yang tidak lagi 'dimilikinya' menciptakan kesan perpisahan atau perubahan dalam hubungan. Hal ini mencerminkan perasaan kehilangan dalam hubungan manusiawi.

Kesedihan dan Penderitaan: Dalam deskripsi yang menggambarkan "sambal tomat pada mata" dan "air racun dosa", penyair menciptakan gambaran tentang penderitaan dan kesedihan yang dalam. Kesedihan dan kekecewaan dipeluk erat-erat, menunjukkan bagaimana rasa sakit itu begitu mendalam dan sulit untuk dilepaskan.

Pengkhianatan dan Kehilangan Kunci Hati: Puisi ini juga menyiratkan pengkhianatan dan kehilangan. Terungkap bahwa ada rahasia yang diperam dan hubungan telah terkunci dan kehilangan kuncinya. Hal ini mungkin merujuk pada kekecewaan dan perasaan dikhianati dalam hubungan.

Kesimpulan yang Tragis: Puisi berakhir dengan gambaran yang tragis dan memilukan, dengan gambaran lelaki yang terluka oleh pisau. Ini memberikan kesan bahwa kehilangan, kekecewaan, dan kesedihan dalam hubungan manusiawi bisa berujung pada konsekuensi yang sangat berat.

Puisi "Di Meja Makan" karya W.S. Rendra mengekspresikan kehidupan manusia yang penuh dengan kepedihan, kehilangan, dan kekecewaan dalam hubungan. Dengan metafora makanan, gambaran penuh kesedihan, dan kesimpulan tragis, puisi ini menggambarkan penderitaan dan perasaan terbuangnya manusia dalam hubungan yang ternoda oleh pengkhianatan dan kehilangan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Di Meja Makan
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.