Puisi: Lautan (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Lautan" mengajak pembaca merenung tentang kebebasan, kesejatian, dan keterhubungan manusia dengan alam. Dengan menggunakan simbolisme dan ....
Lautan

Daratan adalah rumah kita
dan lautan adalah kebebasan.
Langit telah bersatu dengan samudra
dalam jiwa dan dalam warna.

Ke segenap arah
berlaksa-laksa hasta
di atas dan di bawah
membentang warna biru muda.
Tanpa angin
mentari terpancang
bagai kancing dari tembaga.

Tiga buah awan yang kecil dan jauh
berlayar di langit dan di air
bersama dua kapal layar
bagai sepasang burung camar
dari arah yang berbeda.
Sedang lautan memandang saja.
Lautan memandang saja.

Di hadapan wajah lautan
nampak diriku yang pendusta
Di sini semua harus telanjang
bagai ikan di lautan
dan burung di udara.
Tak usah bersuara!
Janganlah bersuara!
Suara dan kata terasa dina.

Daratan adalah rumah kita,
dan lautan adalah rahasia.

Sumber: Sajak-Sajak Sepatu Tua (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Lautan" karya W.S. Rendra merangkum konsep kebebasan, kesejatian, dan keterhubungan manusia dengan alam.

Simbolisme Lautan: Lautan melambangkan kebebasan dan rahasia. W.S. Rendra membuka pemahaman bahwa lautan bukan hanya sebagai batas fisik, tetapi juga sebagai wilayah kebebasan dan keberagaman yang tidak terbatas.

Kontras Daratan dan Lautan: Daratan diidentifikasi sebagai "rumah kita," sementara lautan adalah "kebebasan." Kontras antara daratan yang diasosiasikan dengan rumah dan lautan yang mencitrakan kebebasan menunjukkan dualitas dalam pengalaman manusia, baik yang terikat dan yang bebas.

Keterhubungan Manusia dengan Alam: Puisi ini menggambarkan keterhubungan manusia dengan alam, terutama melalui gambaran langit, samudra, dan tanpa angin. Alam bukanlah tempat yang terpisah, tetapi bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia.

Simetri dan Keseimbangan Alam: Penggunaan bahasa yang simetris dalam menyajikan elemen-elemen alam menciptakan keseimbangan dan harmoni dalam puisi. Keseimbangan ini memperkuat pesan tentang kekayaan dan keindahan keterhubungan alam.

Kebebasan dan Telanjang: Metafora "tanpa angin" dan "telanjang" menunjukkan keadaan murni dan bebas. Penyair menyiratkan bahwa untuk merasakan kebebasan sejati, manusia perlu menjadi seperti alam yang tak terhalang dan tak terkekang.

Pembebasan dari Kata-Kata: "Suara dan kata terasa dina" adalah panggilan untuk diam. W.S. Rendra menekankan pengalaman tak terungkap dan tak terkatakan yang melebihi batasan kata-kata.

Puisi "Lautan" mengajak pembaca merenung tentang kebebasan, kesejatian, dan keterhubungan manusia dengan alam. Dengan menggunakan simbolisme dan bahasa yang kaya, W.S. Rendra menciptakan suatu karya yang menggugah untuk melihat keindahan dan kebebasan dalam keterhubungan dengan alam semesta.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Lautan
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.