Puisi: Kenangan (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Kenangan" menawarkan sudut pandang yang bijak terkait dengan cara kita memperlakukan dan merelakan kenangan dalam kehidupan.

Kenangan

Tidak setiap orang bisa menjejalkan
kenangan ke besok. Di mana gerangan
tempat terbaik baginya? Ia milik kemarin,
milik igauan yang tak kenal arah angin.

Tidak setiap orang siap menuntun
kenangan ke lusa. Di mana gerangan
aku bisa merawatnya? Relakan saja:
Dewabrata pun tak menginginkan istana.

Sumber: Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Kenangan" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya yang penuh dengan refleksi dan filosofi tentang bagaimana manusia berhadapan dengan kenangan.

Tema Kenangan: Puisi ini secara eksplisit membahas tema kenangan. Penyair menciptakan gambaran kenangan sebagai sesuatu yang sulit untuk diarahkan dan dikendalikan. Kata-kata "tak kenal arah angin" menggambarkan sifat kenangan yang seringkali bersifat bebas dan tidak terikat pada arah waktu tertentu.

Pembatasan Waktu: Puisi menyoroti keterbatasan manusia dalam membawa kenangan ke masa depan. Penggunaan kata "kemarin" dan "lusa" mengindikasikan keterkaitan kenangan dengan waktu yang sudah lewat atau yang akan datang. Hal ini menyiratkan bahwa kenangan memiliki tempatnya sendiri dan tidak dapat dengan mudah dipaksakan ke dalam waktu yang berbeda.

Kemampuan dan Kesiapan: Penyair mengeksplorasi kemampuan dan kesiapan individu dalam mengelola kenangan. Pertanyaan retoris "Di mana gerangan tempat terbaik baginya?" dan "Di mana gerangan aku bisa merawatnya?" menyoroti tantangan yang dihadapi seseorang dalam menangani dan merawat kenangan, yang seringkali memiliki beban emosional.

Relakan dan Dewabrata: Penggunaan kata "relakan saja" dan referensi terhadap Dewabrata menunjukkan suatu sikap bijak terhadap kenangan. Dewabrata, seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata, dikenal karena kesetiaan dan kebijaksanaannya. Dengan merujuk pada Dewabrata, penyair mungkin ingin menyiratkan bahwa kita seharusnya rela melepaskan kendali atas kenangan, sebagaimana Dewabrata rela meninggalkan istana.

Budaya dan Filosofi: Penggunaan tokoh dan referensi dari budaya Indonesia, seperti Dewabrata, menambah dimensi budaya dan filosofis pada puisi. Hal ini menciptakan kedalaman makna yang dapat dihubungkan dengan nilai-nilai dan kearifan lokal.

Bahasa yang Simpel dan Dalam: Penyair menggunakan bahasa yang simpel namun memiliki kedalaman makna. Penggunaan kata-kata yang sederhana tetapi padat memberikan kejelasan pada pesan yang ingin disampaikan.

Puisi "Kenangan" tidak hanya menciptakan gambaran tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan kenangan, tetapi juga menawarkan sudut pandang yang bijak terkait dengan cara kita memperlakukan dan merelakan kenangan dalam kehidupan. Penyair mengajak pembaca untuk memahami bahwa beberapa hal mungkin harus diterima dan direlakan, sebagaimana halnya Dewabrata yang tidak menginginkan istana.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Kenangan
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.