Puisi: Para Pembakar (Karya Kriapur)

Puisi "Para Pembakar" karya Kriapur menggambarkan aksi para pembakar dan dampaknya pada lingkungan dan masyarakat.
Para Pembakar

pembakar-pembakar berjalan dari kampung
menuju kota yang bersimpah luka
lalu membakar harta, membakar rumah-rumah
membakar angin dan jam

daun-daun putih
mencatat pohon-pohon, hujan mencatat
kota-kota
pengembara dalam kabut bangsa-bangsa
dari kampung pembakar-pembakar melempar batu
melempar api

pembakar-pembakar berjalan
menuju kota
berterompah sangsai
menuju arena lapar
membakar darah
membakar lukanya sendiri

Solo, 1980

Sumber: Horison (Mei, 1981)

Analisis Puisi:
Puisi "Para Pembakar" karya Kriapur adalah karya yang sarat dengan gambaran pergerakan dan penghancuran. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan aksi para pembakar dan dampaknya pada lingkungan dan masyarakat.

Gambaran Aksi Pembakar: Puisi ini menggambarkan sebuah kelompok individu yang disebut "para pembakar" yang bergerak dari kampung menuju kota. Kata "pembakar" memiliki konotasi kehancuran dan pengrusakan. Mereka membakar harta, rumah-rumah, dan bahkan angin dan jam. Ini adalah gambaran visual yang kuat tentang pergerakan mereka yang destruktif.

Daun-Daun Putih dan Hujan: Penyair menggunakan gambaran daun-daun putih dan hujan yang mencatat pohon-pohon dan kota-kota. Ini bisa diartikan sebagai gambaran alam dan lingkungan yang menjadi saksi bisu dari tindakan destruktif para pembakar. Penggunaan kata "mencatat" menunjukkan bahwa alam itu sendiri menyaksikan dan mengingat semua tindakan tersebut.

Kabut Bangsa-Bangsa: Ungkapan "kabut bangsa-bangsa" bisa diartikan sebagai gambaran ketidakjelasan atau kebingungan yang melibatkan berbagai kelompok dalam masyarakat. Ini mungkin menggambarkan dampak sosial dan politik dari tindakan para pembakar.

Terompah Sangsai: Kata "terompah sangsai" mengacu pada perjalanan menuju "arena lapar." Ini bisa diinterpretasikan sebagai perjuangan menuju kekuasaan atau sumber daya. Pembakaran darah dan luka adalah gambaran tentang pengorbanan dan penghancuran dalam mencapai tujuan mereka.

Perasaan Kehancuran dan Ketidakpastian: Keseluruhan puisi menciptakan nuansa kehancuran dan ketidakpastian. Tindakan para pembakar diilustrasikan sebagai sebuah gelombang pengrusakan yang merata. Hal ini mungkin mencerminkan perasaan kebingungan dan kekhawatiran tentang masa depan.

Dengan kata lain, puisi "Para Pembakar" adalah karya yang menggambarkan pergerakan destruktif kelompok individu yang ingin mencapai tujuan mereka, tanpa memedulikan kerusakan yang mereka sebabkan pada lingkungan dan masyarakat. Puisi ini menciptakan perasaan ketidakpastian dan kehancuran yang menyelimuti seluruh atmosfernya.

Puisi: Para Pembakar
Puisi: Para Pembakar
Karya: Kriapur

Biodata Kriapur:
  • Kriapur (akronim dari Kristianto Agus Purnomo) lahir pada tahun 1959 di Solo.
  • Kriapur meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1987 dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Batang, Pekalongan, Jawa tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.