Puisi: Sajak Subuh (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Sajak Subuh" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan gambaran tentang konflik internal dan eksternal yang dihadapi oleh seorang individu ....
Sajak Subuh


Waktu mereka membakar gubuknya awal subuh itu ia baru
    saja bermimpi tentang mata air. Mereka berteriak,
    "Jangan bermimpi!" dan ia terkejut tak mengerti.
Sejak di kota itu ia tak pernah sempat bermimpi. Ia
    ingin sekali melihat kembali warna hijau dan mata air,
    tetapi ketika untuk pertama kalinya. Ia bermimpi
    subuh itu, mereka membakar tempat tinggalnya.
"Jangan bermimpi!" gertak mereka. Suara itu
    terpantul di bawah jembatan dan tebing-tebing
    sungai. Api menyulut udara lembar demi lembar,
    lalu meresap ke pori-pori kulitnya. Ia tak
    memahami perintah itu dan mereka memukulnya,
    "Jangan bermimpi!"
Ia rubuh dan kembali bermimpi tentang mata air dan
....

Sumber: Perahu Kertas (1983)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Subuh" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan gambaran tentang konflik internal dan eksternal yang dihadapi oleh seorang individu yang berusaha menggenggam harapan dan kenangan dalam menghadapi realitas keras. Puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti mimpi, kehilangan, dan keterasingan.

Tema: Tema sentral dalam puisi ini adalah perjuangan individu untuk menjaga mimpi dan kenangan di tengah-tengah kehidupan yang keras dan penuh konflik. Puisi ini menggambarkan kontras antara dunia imajinatif (mimpi dan mata air) dan realitas yang pahit (pembakaran gubuk dan ancaman dari mereka yang melarang berimajinasi).

Bahasa dan Gaya Sastra:
  • Gambaran Visual dan Sensorik: Puisi ini menggunakan gambaran visual dan sensorik yang kaya, seperti "mata air," "api menyulut udara lembar demi lembar," dan "meresap ke pori-pori kulitnya," untuk merangsang imaji dan perasaan pembaca.
  • Dialog: Dialog yang muncul dalam puisi ini, seperti "Jangan bermimpi!" dan "Ia tak memahami perintah itu dan mereka memukulnya, 'Jangan bermimpi!'", menambah dimensi naratif dan menggambarkan interaksi antara individu dan lingkungannya.
Simbolisme:
  • Mimpi dan Mata Air: Mimpi dan mata air adalah simbol dari keinginan untuk melarikan diri dari realitas yang keras dan menemukan kedamaian dalam imajinasi dan kenangan.
  • Pembakaran Gubuk: Tindakan pembakaran gubuk oleh orang lain dapat diartikan sebagai penghancuran harapan dan kenangan individu oleh lingkungan yang keras dan kurang pengertian.
Makna dan Pesan: Puisi ini menggambarkan perjuangan individu untuk menjaga imajinasi dan kenangan dalam menghadapi tantangan dan penolakan dari dunia luar. Pesan yang ingin disampaikan adalah pentingnya mempertahankan imajinasi dan memori dalam menghadapi realitas yang keras, meskipun terkadang lingkungan atau orang lain mungkin mencoba menghalanginya.

Puisi "Sajak Subuh" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan konflik antara dunia imajinatif dan realitas yang pahit, serta perjuangan individu untuk menjaga imajinasi dan kenangan dalam menghadapi tantangan eksternal. Puisi ini merangsang imaji dan perasaan pembaca melalui penggunaan gambaran visual, dialog, dan simbolisme yang kuat. Pesan tentang pentingnya mempertahankan imajinasi dan memori dalam menghadapi dunia yang keras dan tidak selalu memahami menjadi inti dari puisi ini.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Sajak Subuh
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.