Puisi: Pengakuan (Karya Asrul Sani)

Puisi "Pengakuan" merenungkan keberadaan manusia dalam alam semesta yang luas, mencerminkan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan spiritual yang ...
Pengakuan

Akulah musafir yang mencari Tuhan
Atas runtuhan gedung dan dada yang remuk
Dalam waktu tiada kenal berdiam dan semadi
Serta kepercayaan pada cinta yang hilang bersama  kabut pagi
Akulah yang telah berperi
Tentang kerinduan akan penyelesaian yang tamat,
Dari manusia, dari dunia dan dari Tuhan

Ah, bumi yang mati,
Lazuardi yang kering
Bagaimana aku masih dapat,
Menyayangkan air mata berlinang dari kembang
kerenyam yang kering
Sedang kota-kota dan rumah-rumah bambu lebih
rendah dari wajah lautan

Satu-satu masih terbayang antara pelupuk mata
telah hampir terkatup,
Karena murtad. karena tiada percaya
Karena lelah, karena tiada punya ingatan,
Suatu lukisan dari deru air berlayar atas lunas
berganti-ganti bentuk

Dari suatu lembah gelap dan suram
Menguapkan kabut mati dari suatu kerahasiaan,
Tuhan yang berkata
Akulah musafir yang mencari Tuhan,
Dalam negeri batu retak
Lalang dan api yang siap bertemu
Suatu kisah sedih dari sandiwara yang lucu,
Dari seorang pencari rupa,
Dari rupa yang tiada lagi dikenalnya

Perawan ringan, perawan riang
Berlagulah dalam bayangan
Berupa warna
Berupa warni,

Dan berlupalah sebentar akan kehabisan umur
Marilah bermain
Marilah berjalin tangan
Jangan ingat segala yang sedih,
Biarkanlah lampu-lampu kelip
Lebih samar dari sinar surya senja
Kita akan bermain,
Dan tidur pulas, sampai
Datang lagi godaan:
"Akulah musafir yang mencari Tuhan"

Bogor, 22 Februari 1949

Sumber: Tiga Menguak Takdir (1950)

Analisis Puisi:
Puisi "Pengakuan" karya Asrul Sani adalah puisi yang sarat akan tema-tema eksistensial dan pencarian makna dalam kehidupan manusia.

Pencarian Makna dan Tujuan: Puisi ini mencerminkan perjalanan spiritual seorang individu yang mencari Tuhan dan makna dalam kehidupannya. Penyair menggambarkan dirinya sebagai seorang musafir yang terus mencari, meskipun dalam keadaan runtuh dan remuk.

Kesunyian Spiritual: Dengan menciptakan gambaran runtuhan gedung dan dada yang remuk, penyair mengekspresikan kesunyian dan kekosongan spiritual yang dirasakan dalam pencarian akan Tuhan.

Kerinduan dan Kekecewaan: Penyair mengekspresikan kerinduan yang mendalam akan penyelesaian dan pemahaman yang utuh tentang keberadaan Tuhan. Namun, kerinduan ini juga disertai dengan kekecewaan dan kebingungan atas ketidakmampuan manusia untuk mencapai pemahaman yang mendalam.

Pertentangan dalam Pencarian: Puisi ini mencerminkan pertentangan batin antara keyakinan dan keraguan, antara harapan dan keputusasaan. Penyair merenungkan tentang kelelahan dan ketidakmampuan manusia untuk memahami hakikat Tuhan dan keberadaan-Nya.

Imajinasi dan Realitas: Penyair menggambarkan sebuah dunia yang kering dan mati, yang berdiri sebagai metafora bagi kehidupan yang kehilangan keajaiban dan keindahan alaminya. Dia juga merenungkan tentang sandiwara kehidupan dan kehilangan hubungan dengan keajaiban dunia.

Kesimpulan yang Bersifat Ironis: Puisi ini diakhiri dengan sebuah ironi, di mana penekanan pada bermain dan lupakan segala sedih menciptakan kesan bahwa kebahagiaan dan kesenangan hanya merupakan ilusi sementara dalam pencarian akan Tuhan.

Keseriusan dalam Pencarian: Meskipun ada nada ironis dan refleksi atas kelemahan manusia, penyair tetap menegaskan pentingnya keseriusan dalam pencarian akan Tuhan. Hal ini tercermin dalam pengakuan terus-menerus bahwa dia adalah seorang musafir yang terus mencari.

Puisi "Pengakuan" adalah sebuah puisi yang mendalam yang merenungkan keberadaan manusia dalam alam semesta yang luas, mencerminkan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan spiritual yang mendalam tentang makna kehidupan dan pencarian akan Tuhan.

Asrul Sani
Puisi: Pengakuan
Karya: Asrul Sani

Biodata Asrul Sani:
  • Asrul Sani lahir pada tanggal 10 Juni 1926 di Sumatera Barat.
  • Asrul Sani meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 2004 (ada usia 77 tahun) di Jakarta, Indonesia.
  • Asrul Sani adalah salah satu pelopor Angkatan '45 (bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin).
© Sepenuhnya. All rights reserved.