Puisi: Ketika Mancing (Karya Piek Ardijanto Soeprijadi)

Puisi "Ketika Mancing" mengajak pembaca untuk mengapresiasi keindahan alam dan merenungkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan.
Ketika Mancing

Pagi bening begini hening
di tepi rawa pening
betapa senang mancing
plung kulempar kail berumpan cacing.

Cuma sebentar
ikan telah menyambar
tersangkut di ujung pancing menggelepar
di pangkal siang ikan-ikan lapar.

Siapa tak betah
terlingkung gunung sangat indah
Ya ilahi Kauberi juga aku hiburan hari ini
di setebah lembah begini sepi.


Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Mancing" karya Piek Ardijanto Soeprijadi membawa pembaca ke dalam momen yang tenang dan penuh keindahan di tepi rawa saat seseorang sedang memancing.

Atmosfer dan Setting: Penyair dengan indah menggambarkan suasana pagi yang tenang dan hening di tepi rawa. Deskripsi ini memberikan pembaca gambaran yang jelas tentang lingkungan di sekitar tempat memancing.

Aktivitas Mancing: Dalam puisi ini, aktivitas memancing digambarkan dengan sederhana namun sangat hidup. Penyair menangkap momen ketika kail dilemparkan dan ikan menyambar umpan dengan cepat. Ini menciptakan suasana kesibukan dan antusiasme yang khas dalam memancing.

Kehidupan Alam: Deskripsi tentang ikan yang lapar dan siap menyambar umpan memperkaya penggambaran kehidupan alam di sekitar rawa. Puisi ini memberikan kesan bahwa alam memiliki ritme dan dinamika sendiri yang terus berlangsung, tanpa memedulikan kehadiran manusia.

Rasa Syukur dan Ketenangan: Penutup puisi menyoroti rasa syukur dan kedamaian yang dirasakan oleh penikmat alam. Penyair merasa bersyukur atas keindahan alam yang diberikan oleh Sang Pencipta. Ketenangan dan kedamaian yang tercipta di dalam lembah rawa menghadirkan kesunyian yang sepi namun penuh dengan kehadiran Ilahi.

Bahasa Sederhana namun Padat: Piek Ardijanto Soeprijadi menggunakan bahasa yang sederhana namun padat untuk menggambarkan momen-momen di tepi rawa. Kata-kata yang dipilihnya memberikan kesan langsung dan memberdayakan imajinasi pembaca untuk merasakan pengalaman yang sama.

Dengan menggambarkan momen sederhana di tepi rawa saat memancing, puisi "Ketika Mancing" mengajak pembaca untuk mengapresiasi keindahan alam dan merenungkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan. Piek Ardijanto Soeprijadi berhasil menangkap keindahan dan ketenangan alam melalui penggambaran yang sederhana namun kuat dalam puisinya.

Piek Ardijanto Soeprijadi
Puisi: Ketika Mancing
Karya: Piek Ardijanto Soeprijadi

Biodata Piek Ardijanto Soeprijadi:
  • Piek Ardijanto Soeprijadi (EyD Piek Ardiyanto Supriyadi) lahir pada tanggal 12 Agustus 1929 di Magetan, Jawa Timur.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi meninggal dunia pada tanggal 22 Mei 2001 (pada umur 71 tahun) di Tegal, Jawa Tengah.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966.
© Sepenuhnya. All rights reserved.