Puisi: Surat untuk Bunda (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Puisi "Surat untuk Bunda" mengungkapkan kekecewaan dan kepedihan terhadap figur ibu negara, mungkin seorang pemimpin atau tokoh penting yang ...
Surat untuk Bunda


Bunda, setiap hari aku mendengar suaramu
dari kejauhan, dari radio juga angin Banten
dan wajah cantikmu menghiasi jalan-jalan
tidakkah kau tahu,
kami amat rindu dekap hangat
untuk mengusir beku embun
yang menghinggapi mimpi.

Tapi tiga pemilu telah terlewati
engkau kian lupa diri, tak lagi peduli
kau kerap menyebut kami "anak" atas namamu
tapi sedetik pun kau tak sudi menatap derita kami

Airmata kami bunda, kau jadikan alas bedak
dada legam kami kau jadikan alat semir sepatu

Jerit kami terendam di antara tumpukan parit
terbakar, kobarannya melahap gubuk-gubuk
tempat tinggal anak-anak yang kau telantarkan
dan engkau bunda, sibuk bersolek di depan kaca.

Dengarkanlah...
sebelum butiran embun menjadi letupan api
dari hari ke hati, sepi suara-suara politik
di sini, telah tersaji sepiring nasi aking
mari kita nikmati dengan canda tawa.

Jika engkau terus asyik mengumbar janji
anak manis ini bisa menjadi durhaka
dan meludahi wajahmu di atas podium
sebelum segalanya terlambat
datang, datanglah dan temui kami
dalam kebodohan dan kelaparan.


Cilegon, Banten, 29 November 2011

Analisis Puisi:
Puisi ini adalah sebuah surat terbuka yang mengungkapkan kekecewaan dan kepedihan terhadap figur ibu negara, mungkin seorang pemimpin atau tokoh penting yang diharapkan menjadi figur ibu bangsa. Penyair menggunakan nada yang menyentuh hati untuk mengekspresikan perasaan yang rumit terhadap perubahan perilaku dan sikap figur yang semula diharapkan.

Rindu Akan Perhatian dan Kasih Sayang: Puisi ini memulai dengan ekspresi rindu akan kehadiran dan perhatian figur ibu terhadap anak-anaknya. Penyair merindukan kehangatan dan perhatian yang membuat mereka merasa diurus dan dijaga, melindungi dari segala kekerasan dan ketidakadilan.

Kekecewaan atas Sikap Politik yang Meninggalkan Rakyat: Puisi ini mengungkapkan kekecewaan terhadap sikap figur ibu yang tampaknya lebih mementingkan dirinya sendiri dan kekuasaannya. Terlepas dari janji-janji politik yang diucapkan, figur ibu terlihat melupakan kewajiban terhadap rakyatnya, bahkan mengecewakan harapan mereka.

Simbolisme dan Pemilihan Kata yang Kuat: Penyair menggunakan simbolisme yang kuat, seperti mengubah air mata menjadi alas bedak dan dada legam menjadi alat semir sepatu, untuk mengekspresikan keputusasaan dan pengkhianatan yang dirasakan oleh rakyat terhadap figur yang seharusnya melindungi mereka.

Ajakan untuk Bersama dan Kritik Terhadap Ketidakadilan: Puisi ini tidak hanya merupakan sebuah kritik, tetapi juga sebuah ajakan untuk bersama-sama menemukan kebenaran dan keadilan. Penyair menyerukan untuk menyelesaikan perbedaan politik yang sering kali terasa jauh dan menuntut figur ibu untuk kembali kepada rakyat yang sedang menderita.

Puisi "Surat untuk Bunda" adalah sebuah ungkapan kekecewaan terhadap figur yang seharusnya menjadi teladan dan pelindung, tetapi tampaknya melupakan kewajiban terhadap rakyatnya. Penyair mengungkapkan perasaan yang dalam dan kesedihan akan ketidakadilan yang dirasakan oleh rakyat, sekaligus menyerukan untuk bersatu dan menuntut perubahan.

Muhammad Rois Rinaldi
Puisi: Surat untuk Bunda
Karya: Muhammad Rois Rinaldi

Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
  • Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.