Puisi: Tukang Pos (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi "Tukang Pos" karya Nirwan Dewanto menggambarkan perjalanan emosional antara ayah dan anak, serta hubungan mereka dengan figur tukang pos yang ..
Tukang Pos

Tukang pos di kejauhan
Itu adalah ayahmu sendiri
Mengantar suratmu pagi tadi
Ke arah makam bundamu.

Kau mencabut dan melayangkan
Tiga helai rambutku ke bayangan
Ayahmu dan segera bersorak
Bahwa akulah tukang pos itu.

Terlalu banyak jalan sehingga
Ayahmu tak sabar menemukan
Makam paling sempurna di dunia -
Maka ia membuka semua surat

Sampai ia menemukan sepucuk
Berisi tiga helai rambutku
Yang dikenalinya sebagai tiga
Hitungan agar ia kembali.

Aku menari di depan bundamu
Ketika kau menulis surat itu
Di tengah panggung seraya
Menyangkal rima kakiku.

Di jalan antara aku dan ayahmu
Menjulang kantor pos di mana
Kau memasukkan surat untuk
Pencabut tiga helai rambutmu.

Sayang kini hari sudah malam
Dan surat baru akan terkirim
Esok - hanya jika kau menari
Dan ayahmu tiba ke panggung.

Tukang pos tertidur di makam - 
Aku menariknya ke unggun api
Ketika bundamu melarikan aku
Ke dalam rahimnya sendiri.

2008

Sumber: Buli-Buli Lima Kaki (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Tukang Pos" karya Nirwan Dewanto menggambarkan sebuah narasi yang kompleks tentang hubungan antara ayah, anak, dan seorang tukang pos. Melalui penggunaan gambaran yang kuat dan imajinatif, Dewanto mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehilangan, keinginan untuk kembali, dan harapan yang tersirat dalam komunikasi.

Representasi Simbolis Tukang Pos: Tukang pos dalam puisi ini bukan hanya sekadar figur yang mengantar surat, melainkan juga menjadi simbol dari perantara antara dua dunia: dunia yang hidup dan dunia yang telah tiada. Keberadaannya menjadi penghubung antara ayah yang masih hidup dengan ibu yang telah meninggal.

Penggambaran Ayah dan Anak: Ayah dalam puisi ini digambarkan sebagai sosok yang penuh dengan kegelisahan dan kehilangan, yang berusaha keras untuk menemukan makam yang sempurna untuk ibunya. Sementara itu, anak, yang mungkin adalah pembicara dalam puisi ini, mencoba untuk memahami dan menghormati perjuangan ayahnya, bahkan ketika dia sendiri mungkin belum sepenuhnya memahami arti dari tindakan-tindakan ayahnya.

Tema Kehilangan dan Harapan: Puisi ini merangkum tema tentang kehilangan yang mendalam, baik kehilangan fisik seseorang maupun kehilangan arah dalam kehidupan. Namun, di tengah-tengah kehilangan itu, ada juga harapan yang tersirat dalam usaha ayah untuk menemukan tempat yang sempurna untuk ibunya, serta harapan dalam tindakan anak untuk mempersembahkan sesuatu yang berarti bagi ayahnya.

Bahasa dan Gaya Sastra: Dewanto menggunakan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesan puisinya. Pemilihan kata-kata yang tepat membantu menciptakan suasana yang intens dan memperkuat kesan tentang kerumitan hubungan antara tokoh-tokoh dalam puisi.

Puisi "Tukang Pos" karya Nirwan Dewanto adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan emosional antara ayah dan anak, serta hubungan mereka dengan figur tukang pos yang menjadi perantara antara keduanya. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang kaya, Dewanto mengajak pembaca untuk merenungkan tentang tema-tema universal seperti kehilangan, harapan, dan perjuangan mencari arti dalam kehidupan.

Nirwan Dewanto
Puisi: Tukang Pos
Karya: Nirwan Dewanto

Biodata Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.