Analisis Puisi:
Puisi "Tentang Kota yang Tak Usai Merayakan Idul Adha" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa menggambarkan gambaran yang kuat tentang kota yang terus menerus menghadapi konflik dan pengorbanan, serta keteguhan hati dalam menghadapinya.
Kontras Antara Kehidupan Sehari-hari dan Konflik: Puisi ini memulai dengan menyoroti kehidupan sehari-hari yang penuh dengan gemercik air, kokok ayam, dan suara alam lainnya. Namun, kontrasnya dengan realitas kota Gaza yang dihantui oleh suara peluru, meriam, dan isak tangis menegaskan ketegangan dan kekerasan yang dialami penduduknya.
Pengorbanan dan Perlawanan: Puisi ini menyoroti pengorbanan yang tak terhingga yang dilakukan oleh orangtua yang kehilangan anak-anak mereka karena konflik. Mereka melepaskan anak-anak mereka tanpa jaminan penggantian, mirip dengan kisah Nabi Ibrahim yang hampir menyembelih putranya sebagai pengorbanan kepada Tuhan. Namun, dalam konteks kota ini, pengorbanan bukanlah sekadar lakon, melainkan bagian dari perlawanan yang nyata dan kuat.
Pahlawan dan Perjuangan: Puisi ini menghormati kota sebagai tempat lahirnya pahlawan-pahlawan yang menghidupkan semangat perjuangan. Kota ini terus melawan meskipun dihadapkan pada serangan dan ketidakpastian, menggunakan batu sebagai senjata mereka dalam menghadapi peluru.
Takbir dalam Degup Dada: Puisi ini mengakhiri dengan menekankan keberanian dan keteguhan hati penduduk kota yang terus menjaga takbir dalam hati mereka. Takbir bukan sekadar ungkapan kemenangan, tetapi juga simbol keberanian dan keteguhan hati yang mengingatkan pada kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.
Dengan demikian, puisi "Tentang Kota yang Tak Usai Merayakan Idul Adha" adalah sebuah puisi yang memperlihatkan ketegangan dan kekuatan manusia dalam menghadapi konflik dan pengorbanan, serta menegaskan semangat perlawanan dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan. Puisi ini memberikan penghormatan kepada kota Gaza dan penduduknya yang terus melawan meskipun dihadapkan pada cobaan yang berat.
Karya: Lasinta Ari Nendra Wibawa