Puisi: Apakah Negerinya Masih (Karya Remy Sylado)

Puisi "Apakah Negerinya Masih" karya Remy Sylado mencerminkan kekhawatiran terhadap perkembangan dan perubahan negara dari masa lalu hingga saat ini.
Apakah Negerinya Masih


Di tanah ini
Ibu mendadak takut
Apakah negerinya masih
yang dulu diperjuangkan Sudirman
adalah Indonesia milik para anak-cucu.

Di laut ini
Ayah mendadak takut
Apakah negerinya masih
Yang dulu diperjuangkan Jos Sudarso
Adalah Indonesia milik para anak-cucu.

Di udara ini
Aku mendadak takut
Apakah negeriku masih
Yang dulu diperjuangkan Adi Sucpto
Adalah Indonesia milik para anak-cucu.

Di negeri ini
Anak-cucu boleh takut
Jika hari ini kita kira tanah-air-udara
Hanya sebagai barang dagang pariwisata
Cukong berjaya anak negeri merana.


Analisis Puisi:
Puisi "Apakah Negerinya Masih" karya Remy Sylado adalah ekspresi keprihatinan dan pertanyaan yang diajukan oleh penulis terhadap nasib Indonesia. Puisi ini mencerminkan kekhawatiran terhadap perkembangan dan perubahan negara dari masa lalu hingga saat ini.

Ketakutan yang Mendalam: Puisi ini mengekspresikan ketakutan yang mendalam dalam diri penulis, yang diwakili oleh tiga generasi: ibu, ayah, dan penulis sendiri. Ketakutan ini muncul karena mereka merasa khawatir bahwa perjuangan para pahlawan seperti Sudirman, Jos Sudarso, dan Adi Sucipto yang dulu memperjuangkan Indonesia akan sia-sia.

Pertanyaan tentang Nasib Negeri: Puisi ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan retoris seperti "Apakah negerinya masih?" dan "Apakah negeriku masih?" yang menggambarkan keraguan penulis terhadap perkembangan dan nilai-nilai yang pernah diperjuangkan oleh para pahlawan nasional. Puisi ini mencoba untuk memaksa pembaca untuk merenungkan apakah Indonesia masih memiliki semangat dan tekad yang sama seperti yang dimiliki oleh para pahlawan.

Perbandingan dengan Masa Lalu: Puisi ini mengingatkan pembaca tentang perjuangan para pahlawan seperti Sudirman, Jos Sudarso, dan Adi Sucipto. Ini menciptakan kontras antara masa lalu yang penuh semangat perjuangan dan masa sekarang yang mungkin diwarnai oleh kekhawatiran akan komersialisasi dan kepentingan pribadi.

Kritik terhadap Komersialisasi dan Kemerosotan Nilai: Puisi ini mencerminkan kritik terhadap komersialisasi dan kemungkinan hilangnya nilai-nilai dan semangat perjuangan dalam budaya Indonesia saat ini. "Tanah-air-udara/Hanya sebagai barang dagang pariwisata" menggambarkan perasaan bahwa semangat nasionalisme dan patriotisme telah terkikis oleh kepentingan bisnis dan komersialisasi.

Tanggung Jawab Anak-Cucu: Puisi ini menyampaikan pesan bahwa generasi saat ini, yang diwakili oleh "anak-cucu," memiliki tanggung jawab untuk menjaga warisan perjuangan para pahlawan dan memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi negara yang diimpikan oleh para pendiri bangsa.

Puisi "Apakah Negerinya Masih" adalah ekspresi yang mendalam tentang keprihatinan terhadap nasib Indonesia dan mengajukan pertanyaan yang penting tentang keberlanjutan semangat perjuangan dan nilai-nilai yang diwariskan oleh para pahlawan nasional. Ini adalah pengingat bahwa pemeliharaan semangat perjuangan adalah tanggung jawab kita bersama.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Apakah Negerinya Masih
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.