Puisi: Dialog Remang di Surut Jendela (Karya Raedu Basha)

Puisi "Dialog Remang di Surut Jendela" karya Raedu Basha menghadirkan berbagai elemen seperti hujan, angin, dan malam sebagai latar belakang bagi ...
Dialog Remang di Surut Jendela

Adakah sejauh ini kau biarkan hujan
Jatuh begitu saja? Dan senantiasa kita beradu kabut di kubang malam
Saling menukar empun mimpi, menyadap silam matahari?

Psst, jangan katakan itu lagi
Aku tak ingin merah muda itu sirna dari pipimu
Larik cinta yang kutoreh berkecup khusyuk
Komedi dan elegi yang mengatup rindu yang mabuk

Saat ini kita tak memiliki sehelai sepi
Di antara runtuh dedaunan dan gigil ilalang
Di antara gempa berkepanjangan dan letus senapan
Kita hanya punya sebaris angin dari serakan syair....

Wahai remang di surut jendela
Hujan mengetuk pintu-pintu jantung yang perlahan retak
Gundah mengasah legenda setangkai edelwis
Serasa elu Laila mengaum di dada, mengamini jarum jam usia
Bergusaran dalam nyenyak tidurku

Oh, jangan biarkan merah kenangan memadam bara
Dalam dekapan. Langkah kaki kita masih butuh kata pada ruang waktu

Hanya mataku menatap hitam rambutmu sepenjuru malam
Mengingatkan murung purnama yang menyaksikan Dewi Shinta yang menjerit
Menggedor-gedor pintu langit.

Rembang, Januari 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Dialog Remang di Surut Jendela" karya Raedu Basha adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran alam dan bahasa metaforis yang kuat, yang menggambarkan dialog batin antara dua individu di tengah-tengah suasana malam yang suram. Puisi ini menghadirkan berbagai elemen seperti hujan, angin, dan malam sebagai latar belakang bagi percakapan yang penuh dengan rasa penasaran, kerinduan, dan kekhawatiran.

Gambaran Alam dan Atmosfer Malam: Puisi ini dimulai dengan gambaran hujan yang jatuh dan kabut yang menyelimuti malam, menciptakan suasana remang yang surut. Gambaran ini menggambarkan keadaan fisik dan emosional yang gelap dan misterius, memberikan latar belakang yang cocok untuk percakapan yang akan datang.

Dialog Batin antara Dua Individu: Puisi ini mengeksplorasi dialog batin antara dua individu yang tidak disebutkan namanya. Mereka saling bertukar pikiran, mimpi, dan rindu melalui kata-kata yang dipenuhi dengan makna mendalam. Dialog ini mencerminkan keintiman dan kebingungan dalam hubungan antara dua orang yang saling mencari pemahaman dan dukungan.

Pemakaian Metafora: Penyair menggunakan metafora secara luas untuk menyampaikan perasaan dan pemikiran yang kompleks. Misalnya, "merah muda itu sirna dari pipimu" merujuk pada hilangnya warna kemerahan dari pipi seseorang karena kesedihan atau kehilangan. Metafora seperti "empun mimpi" dan "larik cinta" juga menghidupkan perasaan dan pengalaman emosional dalam puisi.

Citra Dewi Shinta dan Laila: Dewi Shinta dan Laila muncul sebagai simbol perempuan yang mengalami penderitaan atau kegelisahan. Citra mereka menggambarkan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan, yang mencerminkan pengalaman dan perjuangan yang dialami oleh karakter dalam puisi ini.

Puisi ini menggambarkan kerinduan yang mendalam dan harapan yang mungkin terkandung di dalamnya. Meskipun suasana malam suram dan gelap, ada juga harapan akan penemuan makna dan pemahaman yang lebih dalam dalam hubungan manusia. Dengan menggunakan gambaran alam dan bahasa yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan dan hubungan antara manusia dengan alam dan sesama.

"Puisi Raedu Basha"
Puisi: Dialog Remang di Surut Jendela
Karya: Raedu Basha
© Sepenuhnya. All rights reserved.