Puisi: Kata Terakhir (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi "Kata Terakhir" karya Nirwan Dewanto menggambarkan pengalaman manusia yang universal tentang kehilangan, ketidakpastian, dan ketidakmampuan ...
Kata Terakhir

Aku mencari nama
yang selalu sembunyi
di balik lipatan kainmu.

Aku mencari debar
yang tak lagi bersekutu
dengan merah jantungmu.

Aku mencari lapar
yang tumbuh malu-malu
pada bulir-bulir padimu.

Aku mencari sisa hujan
seraya menyala ragu-ragu
di bawah tumpukan abumu.

Melalui seribu celah
aku hanya memasukimu
tapi tak menemukanmu.

Cinta adalah kata terakhir
yang tergelincir di lidahku
tak mampu mengucapkanmu.

Sumber: Sungai-Sungai dalam Dirimu (2018)

Analisis Puisi:
Puisi "Kata Terakhir" karya Nirwan Dewanto adalah sebuah pengamatan introspektif yang mendalam tentang kehilangan dan ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaan. Dengan bahasa yang sederhana namun sarat dengan makna, Dewanto menggambarkan pengalaman manusia yang kompleks dan merenungkan hakikat cinta serta keberadaannya yang abstrak.

Pencarian Identitas dan Kehadiran: Puisi ini dimulai dengan pengakuan akan pencarian yang tak pernah selesai. Penyair mencari "nama yang selalu sembunyi" dan simbol-simbol lainnya yang mewakili identitas dan kehadiran seseorang yang dicintainya. Namun, upaya pencarian ini tidak membuahkan hasil yang memuaskan.

Penggunaan Metafora dan Imaji: Dewanto menggunakan metafora dan imaji yang kuat untuk menyampaikan kompleksitas perasaan dan pengalaman. Metafora seperti "debar yang tak lagi bersekutu dengan merah jantungmu" menciptakan gambaran yang menggelora dan membingungkan.

3. Ketidakmampuan dalam Ekspresi
Puisi ini menyiratkan ketidakmampuan penyair untuk menemukan dan mengekspresikan perasaannya dengan kata-kata. Meskipun ada upaya untuk mencari, penemuan tidak pernah terjadi, dan akhirnya hanya tersisa "cinta sebagai kata terakhir" yang tak mampu diucapkan.

Tema Kehilangan dan Ketidakpastian: Puisi ini mencerminkan tema kehilangan dan ketidakpastian yang melingkupi hubungan manusia. Meskipun mencoba untuk menemukan hubungan dan keberadaan yang hilang, namun keberhasilan tetap sulit dicapai, dan yang tersisa hanyalah rasa kekosongan dan ketidakpastian.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini berakhir dengan kesimpulan yang terbuka, menyerahkan kepada pembaca untuk menafsirkan maknanya sendiri. Penyair menghadapi realitas bahwa cinta adalah kata terakhir yang tergelincir di lidahnya, tetapi tidak mampu mengucapkannya. Hal ini menegaskan ketidakmampuan manusia untuk mengungkapkan perasaan yang terlalu dalam dan kompleks.

Puisi "Kata Terakhir" adalah sebuah puisi yang memukau dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun sarat dengan makna mendalam. Nirwan Dewanto menggambarkan pengalaman manusia yang universal tentang kehilangan, ketidakpastian, dan ketidakmampuan dalam mengekspresikan perasaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hakikat cinta dan kompleksitas hubungan manusia, sambil mengakui realitas bahwa ada hal-hal yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Nirwan Dewanto
Puisi: Kata Terakhir
Karya: Nirwan Dewanto

Biodata Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.