Puisi: Jakarta (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Jakarta" karya Sitor Situmorang menggambarkan Jakarta sebagai tempat yang keras, kontradiktif, dan penuh dengan makna tersembunyi yang ...
Jakarta
(Buat Sumantri)

Diriku rawa
Panas membatu di putih dinding
Semua punya arti, manusia dan malaria.


Analisis Puisi:
Puisi "Jakarta" karya Sitor Situmorang adalah sebuah pengamatan singkat namun dalam tentang kota Jakarta.

Metafora Jakarta sebagai Rawa: Penyair menggunakan metafora Jakarta sebagai "diriku rawa". Rawa adalah daerah yang seringkali basah, rawan banjir, dan berlumpur. Dalam konteks puisi ini, rawa mewakili ketidakpastian, kekacauan, dan kebingungan yang sering terkait dengan kota metropolitan seperti Jakarta.

Panas dan Pembekuan: Penyair menyatakan bahwa "Panas membatu di putih dinding". Ini adalah kontradiksi yang menarik antara panasnya iklim Jakarta dengan kebekuan yang terasa di dinding putih. Ini mungkin merujuk pada kontras antara kehidupan yang keras dan kering di kota metropolitan dengan harapan atau keinginan akan kebersihan dan ketenangan yang tersirat oleh warna putih.

Makna Kehidupan: Penyair menyimpulkan dengan pernyataan "Semua punya arti, manusia dan malaria." Pernyataan ini mungkin mengandung ironi atau penekanan atas kenyataan bahwa, meskipun hidup manusia memiliki makna dan tujuan, ada juga keberadaan penyakit dan kehampaan yang mengintai.

Refleksi tentang Jakarta: Puisi ini memberikan pandangan singkat tentang Jakarta yang mencerminkan kekacauan, ketidakpastian, dan kehidupan yang keras di kota besar. Meskipun demikian, ada juga nuansa harapan dan makna yang tersembunyi di balik ketidakpastian dan kekacauan tersebut.

Dengan demikian, "Jakarta" karya Sitor Situmorang adalah sebuah puisi yang menggambarkan Jakarta sebagai tempat yang keras, kontradiktif, dan penuh dengan makna tersembunyi yang perlu dipecahkan dan dipahami.

"Puisi Sitor Situmorang"
Puisi: Jakarta
Karya: Sitor Situmorang
© Sepenuhnya. All rights reserved.